BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Mengingat mutu pendidikan di Indonesia selama ini kurang memuaskan
banyak pihak, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Upaya
peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan melakukan pengeloan
pendidikan.
Pengelolaan pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan proses
kerjasama dengan memanfaatkan semua sumber personil dan materil yang tersedia
dan sesuai untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara
efektif dan efisien.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan konsep penegelolaan pendidikan?
2.
Apa itu fungsi dari pengelolaan pendidikan?
3.
Apa saja pendekatan-pendekatan dalam pengelolaan pendidikan?
C.
Tujuan Masalah
1.
Untuk mengetahui apa itu konsep penegelolaan pendidikan.
2.
Untuk mengetahui apa itu fungsi dari pengelolaan pendidikan.
3.
Pendekatan pendekatan dalam pengelolaan pendidikan.
4.
BAB
2 PEMBAHASAN
Konsep Dasar Pengelolaan Menurut Husain Usman kata pengelolaan
merupakan hasil terjemahan dari bahasa inggris yaitu management, sedangkan
dalam bahasa latin yaitu managere yaitu dari asal kata manus yang berarti
menjadi tangan dan agere yang berarti melakukan. Kata itu digabung menjadi kata
kerja managere yang artinya menangani. Pengelolaan pendidikan dapat didefinisikan
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
sumber daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Sedangkan menurut Oteng Sutisna Pengelolaan pendidikan berasal dari kata
manajemen, sedangkan istilah manajemen sama artinya dengan administrasi. Dapat
diartikan pengelolaan pendidikan sebagai supaya untuk menerapkan kaidah-kaidah
administrasi dalam bidang pendidikan
Pengelolaan
Pendidikan menurut Made Pidarta, (1988:4) diartikan sebagai aktivitas memadukan
sumber-sumber pendidikan agar terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
yang telah ditentukan sebelumnya.
Kata pengelolaan
berasal dari kata manajemen. Sedangkan istilah manajemen sama
artinya dengan administrasi (Oteng Sutisna :1985). Oleh sebab itu,
pengelolaan pendidikan dapat diartikan sebagai upaya untuk menerapkan
kaidah-kaidah administrasi dalam bidang pendidikan. Moh. Rifai (1982:25)
menjelaskan pengertian administrasi sebagai berikut: Administrasi ialah
keseluruhan proses yang mempergunakan dan mengikutsertakan semua sumber potensi
yang tersedia dan yang sesuai, baik personal maupun material, dalam usaha untuk
mencapai bersama suatu tujuan secara efektif dan efisien. Pengertian
administrasi mengandung makna adanya (1) tujuan yang mesti dapat direalisasikan
guna kepentingan lembaga, individu ataupun kelompok, (2) keterlibatan personil,
material dan juga finansial dalam posisinya yang saling mendukung dan satu sama
lain saling memerlukan dan juga saling melengkapi, (3) proses yang terus menerus
dan berkesinambungan yang dimulai dari hal yang kecil dan sederhana sampai
kepada hal yang besar dan rumit, (4) pengawasan atau kontrol guna keteraturan,
keseimbangan dan keselarasan, (5) tepat guna dan berhasil guna supaya tidak
terjadi penghambur-hamburan waktu, tenaga, biaya dan juga fasilitas agar dapat
mencapai keberhasilan dan produktivitas yang cukup memadai, (6) hubungan
manusiawi yang menempatkan manusia sebagai unsur utama dan terhormat serta
memilik kepentingan di dalamnya.
B.
Fungsi Pengelolaan Pendidikan
1.
Perencanaan
Satu-satunya hal yang pasti di
masa depan dari organisasi apapun termasuk lembaga pendidikan adalah perubahan,
dan perencanaan penting untuk menjembatani masa kini dan masa depan yang
meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Mondy dan
Premeaux (1995) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses menentukan apa
yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan.
Perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi yang
berhasil, terutama karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan
staff, dan pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R. David,
2004).
Dalam dinamika masyarakat,
organisasi beradaptasi kepada tuntunan perubahan melalui perencanaan. Menurut
Johnson (1973) bahwa: “The planning process can be considered as the
vehicle for accomplishment of system change”.Tanpa perencanaan sistem tersebut
tak dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan
lingkungan yang berbeda. Dalam sistem terbuka, perubahan dalam sistem terjadi
apabila kekuatan lingkungan menghendaki atau menuntut bahwa suatu keseimbangan
baru perlu diciptakan dalam organisasi tergantung pada rasionalitas pembuat
keputusan. Bagi sistem sosial, satu-satunya wahana untuk perubahan inovasi dan
kesanggupan menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan proses
perencanaan. Dalam konteks lembaga
pendidikan, untuk menyusun kegiatan lembaga pendidikan, diperlukan data yang
banyak dan valid, pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah orang yang berkaitan
dengan hal yang direncanakan. Oleh karena itu kegiatan perencanaan sebaiknya
melibatkan setiap unsur lembaga pendidikan tersebut dalam rangka peningkatan
mutu pendidikan. Menurut Rusyan
(1992) ada beberapa hal yang penting dilaksanakan terus menerus dalam manajemen
pendidikan sebagai implementasi perencanaan, diantaranya:
·
Merinci tujuan dan
menerangkan kepada setiap pegawai/personil lembaga pendidikan.
·
Menerangkan atau menjelaskan mengapa unit
organisasi diadakan.
·
Menentukan tugas dan
fungsi, mengadakan pembagian dan pengelompokkan tugas terhadap masing-masing
personil.
·
Menetapkan kebijaksanaan
umum, metode, prosedur dan petunjuk pelaksanaan lainnya.
·
Mempersiapkan uraian
jabatan dan merumuskan rencana/sekala pengkajian.
·
Memilih para staf
(pelaksana), administrator dan melakukan pengawasan.
·
Merumuskan jadwal
pelaksanaan, pembakuan hasil kerja (kinerja), pola pengisian staf dan formulir
laporan pengajuan. Menentukan keperluan tenaga kerja, biaya (uang) material dan
tempat.
·
Menyiapkan anggaran dan
mengamankan dana.
·
Menghemat ruangan dan
alat-alat perlengkapan.
2.
Pengorganisasian
Tujuan
pengorganisasian adalah mencapai usaha terkoordinasi dengan menerapkan tugas
dan hubungan wewenang. Malayu S.P. Hasbuan (1995) mendifinisikan
pengorganisasian sebagai suatu proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan
bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan
orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan,
menetapkan wewenang yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu
yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut. Pengorganisasian fungsi
manajemen dapat dilihat terdiri dari tiga aktivitas berurutan: membagi-bagi
tugas menjadi pekerjaan yang lebih sempit (spesialisasi pekerjaan),
menggabungkan pekerjaan untuk membentuk departemen (departementalisasi), dan
mendelegasikan wewenang (Fred R. David, 2004).
Dalam
konteks pendidikan, pengorganisasian merupakan salah satu aktivitas manajerial
yang juga menentukan berlangsungnya kegiatan kependidikan sebagaimana yang
diharapkan. Lembaga pendidikan sebagai suatu organisasi memiliki berbagai unsur
yang terpadu dalam suatu sistem yang harus terorganisir secara rapih dan tepat,
baik tujuan, personil, manajemen, teknologi, siswa/member, kurikulum, uang,
metode, fasilitas, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan sosial
budaya.
Sutisna
(1985) mengemukakan bahwa organisasi yang baik senantiasa mempunyai dan
menggunakan tujuan, kewenangan, dan pengetahuan dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan. Dalam organisasi yang baik semua bagiannya bekerja dalam
keselarasan seakan-akan menjadi sebagian dari keseluruhan yang tak terpisahkan.
Semua itu baru dapat dicapai oleh organisasi pendidikan, manakala dilakukan
upaya: 1) Menyusun struktur kelembagaan, 2) Mengembangkan prosedur yang
berlaku, 3) Menentukan persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang diterima,
4) Membagi sumber daya instruktur dan karyawan yang ada dalam pekerjaan.
3. Pengarahan
Pengarahan
adalah fungsi pengelolaan yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan,
saran, perintah-perintah atau intruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas
masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar
tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.
4.
Pengawasan
Sebagaimana
yang dikutip Muhammad
Ismail Yusanto (2003), Mockler (1994) mendifinisikan pengawasan sebagai suatu
upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan
perencanaan untuk mendesain sistem umpan balik informasi; untuk membandingkan
prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; menentukan
apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut; dan
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumberdaya perusahaan telah digunakan dengan cara yang paling efekif dan
efisien guna tercapainya tujuan perusahaan.
5.
Pengembangan
Pengembangan
adalah upaya memperluas atau mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan
secara bertingkat kepada suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau
lebih baik, memajukan sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau
dari yang sederhana kepada tahapan yang lebih kompleks. Berdasarkan pengertian
tersebut maka, pengembangan dalam pengelolaan pendidikan dapat diartikan sebagai
upaya memajukan program pendidikan ini ketingkat program yang lebih sempurna,
lebih luas, dan lebih kompleks.
C.
Pendekatan-pendekatan dalam
pengelolaan Pendidikan
1.
Pendekatan Organisasi
Klasik
Pendekatan
organisasi klasik ini sering disebut juga dengan gerakan manajemen ilmiah yang
dipelopori oleh Frederick Taylor seorang yang memiliki latar belakang dan
pengalaman sebagai buruh, juru ketik, mekanik, dan akhirnya berpengalaman
sebagai kepala teknik yang hidup antara tahun 1856 sampai dengan tahun 1915. Gerakan
ini mencari upaya untuk dapat menggunakan orang secara efektif dalam organisasi
industri. Konsep dari gerakan ini adalah orang dapat juga bekerja layaknya
sebagai mesin.
2. Pendekatan Hubungan Manusia
Pendekatan
hubungan manusia adalah gerakan yang lahir dan berkembang sebagai reaksi
terhadap pendekatan organisasi klasik. Pendekatan hubungan manusia ini
dipelopori oleh Mary Parker Follett (1868-1933) orang yang pertama kali
mengenal pentingnya faktor-faktor manusia dalam administrasi. Mary Follet juga
banyak menulis yang berkenaan dengan sisi manusia dalam administrasi. Mary
Follet percaya bahwa masalah yang mendasar dalam semua organisasi adalah
mengembangkan dan mempertahankan hubungan dinamis dan harmonis. Walaupun
terjadi konflik, menurut pemikiran Mary Follet, konflik tersebut merupakan
suatu proses yang normal bagi pengembangan hal yang mengakibatkan terjadinya
konflik itu.
3. Pendekatan Perilaku
Pendekatan
perilaku dalam
administrasi adalah menggabungkan antara hubungan sosial dengan struktur formal
dan menambahkannya dengan proposisi yang diambil dari psikologi, sosiologi,
ilmu politik dan ekonomi. Pendekatan ini dipelopori oleh Chester I. Barnard
yang hidup antara tahun 1886 sampai dengan tahun 1961. Bukunya "Functions
of the Executive" (1938). Dalam buku ini Barnard mengulas secara lengkap
teori perilaku yang kooperatif dalam organisasi formal. Barnard menyimpulkan
bahwa kontribusi kerjanya berkenaan dengan konsep struktur dan dinamis.
Konsep-konsep struktur yang dianggap penting adalah individu, sistem kerja
sama, organisasi formal, organisasi formal yang komplek, dan juga organisasi
informal. Konsep-konsep dinamis yang penting, menurut Barnard, adalah kerelaan,
kerjasama, komunikasi, otoritas, proses keputusan, dan keseimbangan dinamik.
Permasalahan
dan Pengembangan Pengelolaan Pendidikan “Masalah Kontemporer Pengelolaan Sistem
Pendidikan Nasional” dapat diikhtisarkan bahwa permasalahan dan pengembangan
pengelolaan pendidikan menyangkut hal-hal sebagai berikut:
a.
Sistem Desentralisasi dalam
Pengelolaan Pendidikan
Bagaimanakah kita dapat mengoperasikan sistem
desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan nasional yang efektif dan efisien
bagi semua daerah? Sebab daerah-daerah tidak semuanya siap untuk dapat
menerapkan sistem desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan kita ini. Apakah
dengan menerapkan sistem desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan dapat
merusak tatanan kesatuan dan persatuan yang telah terjalin selama ini antar
berbagai daerah di negara kita? Akan tetapi penerapan sistem desentralisasi
dalam pengelolalaan pendidikan adalah salah satu upaya untuk memberikan
kepercayaan kepada daerah dalam mengelola sistem pendidikan yang berada di
daerah tersebut dalam rangka untuk pengembangan sumber daya manusia yang
bervariasi untuk kepentingan pembangunan pendidikan dan juga pembangunan
nasional secara menyeluruh.
b.
Penerapan Otonomi dalam
Pengelolaan Pendidikan Tinggi
Dalam pengelolaan pendidikan tinggi yang mempercayakan
sepenuhnya kepada perguruan tinggi untuk dapat mengelola dan mengembangkannya sendiri
sesuai dengan kebutuhan dan potensi perguruan tinggi tersebut dan daerah
masing-masing di mana perguruan tinggi itu berada. Setiap perguruan tinggi akan
diberikan kepercayaan dan kewenangan yang luas untuk dapat mengelola proses
pendidikan dengan segala aspek yang ada di dalamnya.
c.
Profesionalisasi Jabatan
Tenaga Kependidikan
Supaya tingkat efektivitas dan efisiensi hasil
pendidikan nasional dapat dioptimalkan untuk kepentingan masyarakat dan
kepentingan bangsa dalam mengejar berbagai ketinggalan bangsa Indonesia dengan
bangsa lain sehingga pada akhirnya bangsa Indonesia dapat bersaing secara sehat
dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
d.
Kendali Mutu Pendidikan
Nasional
Mutu proses pengajaran sangat dipengaruhi oleh
perilaku guru dalam hal (1) menyusun desain instruksional, (2) menguasai
berbagai macam metode mengajar dan mampu menerapkan metode tersebut dengan
kegiatan siswa di dalam kelas, (3) berinteraksi dengan siswa untuk menumbuhkan
dan membangkitkan motivasi belajar yang menyenangkan, (4) menguasai bahan dan
menggunakan berbagai macam sumber belajar untuk membangkitkan kegiatan belajar
aktif, (5) mengenal perbedaan individual setiap siswa, dan (6) memilih proses
dan hasil belajar, memberikan umpan balik, dan juga mampu dalam merancang
program belajar remedial (Djam‟an Satori dan Udin S. Saud 1994).
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengelolaan
Pendidikan adalah
aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian sumber
daya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien agar
terpusat dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan
sebelumnya.
Fungsi pengelolaan pendidikan:
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pengarahan
4. Pengawasan
5. Pengembangan
Pendekatan-pendekatan pengelolaan pendidikan:
1. Pendekatan
organisasi klasik
2. Pendekatan
hubungan manusia
3. Pendekatan
perilaku
B. Saran
Sebaiknya pendidikan
dikelola dengan baik agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Kadarman, A.M. et.al.
1996. Pengantar Ilmu Manajemen. Jakarta, Gramedia.
Kasan, Tolib.
2004. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta, Studia press.
Rusyan, A. Tabrani.
1992. Manajemen Kependidikan. Bandung: Media Pustaka.
Sutisna, Oteng.
1985. Administrasi Pendidikan. Bandung: Angkasa
Sudjana D. 2004, Manajemen
Program Pendidikan. Bandung, falah production.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar