BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Setiap
guru secara naluri akan mencai solusi dari setiap kesulitan belajar
siswa-siswanya. Tidak ada guru yang bahagia ketika melihat muridnya merasa
gagal. Kompetensi guru yang dibutuhkan untuk menerapkan strategi diferensiasi
adalah penguasaan rupa-rupa strategi pengajaran. Pemilihan strategi
pengajaran sangatlah penting. Bagaimana
pengajar dapat memilih kegiatan pembelajaran paling efektif dan efisien untuk
menciptakan pengalaman belajar yang baik, yaitu yang dapat memberikan fasilitas
kepada peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Namun, tidak ada satupun
strategi pengajaran yang paling sesuai untuk semua kondisi dan situasi yang
berbeda, walaupun tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sama. Oleh karena itu
dibutuhkan kreativitas dan keterampilan pengajar dalam memilih dan menggunakan
strategi pengajaran, yaitu yang disusun berdasarkan karakteristik peserta didik
dan situasi kondisi yang dihadapinya. Strategi pengajaran yang akan dipilih
akan digunakan oleh pengajar bertitik tolak dari tujuan awal pembelajaran.
Dengan demikian, penerapannya pun harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,
sehingga diharapkan dapat keselarasan antara tujuan dan pelaksanaan.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian strategi pengajaran?
2. Bagaimana pengelompokan strategi
pengajaran?
3. Apa itu CBSA strategi pengajaran?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian strategi
pengajaran
2. Untuk mengetahui bagaimana pengelompokan
strategi pengajaran
3. Untuk mengetahui apa itu CBSA strategi
pengajaran
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Menurut Dr. Nana Sudjana mengatakan
bahwa strategi pengajaran adalah teknik yang ditentukan guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan
pengajaran (kompetensi dan indikator hasil kerja) secara lebih efektif dan
efisien.
Strategi pengajaran merupakan tindakan
guru melaksanakan rencana mengajar. Artinya, usaha guru dalam menggunakan
berbagai variabel pengajaran (tujuan, bahan, metode,dan alat, serta evaluasi)
agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, strategi pengajaran pada dasarnya adalah tindakan nyata dari
guru melaksanakan pengajaran melalui cara tertentu, yang dinilai lebih efektif
dan lebih efesien.
Ada tiga hal pokok yang harus
diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi mengajar. Pertama adalah tahap
mengajar; kedua menggunakan model atau pendekatan model mengajar; ketiga
menggunakan prinsip mengajar
B.
Pengelompokan Strategi Pengajaran
Dalam
hal ini ada dua pengelompokan yaitu pengelompokan dari Gagne dan Briggs dan
pengelompokan menurut Bruce Joyce dan Marsha Weil.
1. Pengelompokan Gagne dan Briggs
a. Pengaturan Guru dan Peserta Didik
Dari
segi pengaturan guru dapat dibedakan; pengajaran oleh seorang guru atau oleh
suatu tim guru. Dapat pula dibedakan apakah hubungan guru-peserta didik
terjadi; tatap muka ataukah dengan perantara media (cetak maupun audiovisual).
Adapun dari segi peserta didik dapat dibedakan: pengajaran klasikal (kelompok besar atau kelompok kecil : 5- 7
orang peserta didik) atau pengajaran individual. Baik dalam pengajaran klasikal
maupun individual hendaknya diciptakan hubungan antara guru dan yang memiliki
sifat-sifat keterbukaan. Saling tanggap, saling begantung (interdependensis), suasana kebebasan, dan saling memenuhi
kebutuhan.
b. Struktur Events Pengajaran
Struktur
pengajaran dapat bersifat tertutup, artinya segala sesuatu sudah ditentukan
secara relatif ketat, misalnya sering dilakukan pada calon guru. Biasanya
mereka tidak berani menyimpang (mengembangkan) dari persiapan mengajar yang
telah disusun dan sudah dsetujui oleh dosen pembimbing ataupun guru pemongnya.
Sebaliknya, peristiwa mengajar/pembelajaran yang bersifat ekstrovert atau
terbuka yaitu apabila tujuan khusus pengajaran, materi, dan prosedur yang akan
ditempuh untuk mencapainya ditentukan, sementara kegiatan pengajaran
berlangsung. Tidak sulit dibayangkan bahwa yang ekstrovert ini memberi peranan
yang akan dipelajari dalam suatu jam pertemuan ataupun bagaimana prosedur yang
akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan pengajaran.
c. Peranan Guru-Peserta Didik Dalam
Mengelola Pesan
Setiap
event pengajaran bertujuan untuk mencapai suatu tujun ingin menyampaikan sesuatu
“pesan” yang dapat berupa pengetahuan, wawasan, skill, ataupun isi pengajaran
lainnya. Pesan yang dimaksud diolah oleh guru sebelum disampaikannya kepada
peserta didik atau sebaliknya, dapat juga diolah sendiri oleh para peserta
didik dengan bantuan dari guru. Dalam hal ini ada dua jenis strategi
pengajaran.
1. Pengajaran ekspositorik: pengajaran yang
menyampaikan pesan dalam keadaan telah siap.
2. Pengajaran heuristik: pengajaran yang
mengharapkan pengolaan oleh peserta didik sendiri. Dalam starategi pengajaran
heuristik meliputi dua substrategi,
a. Discovery/penemuan, yaitu pesetra didik
yang diharuskan menemukan prinsip atau hubungan yang sebelumnya tidak diketahui
yang merupakan akibat dari pengalaman belajarnya yang telah diatur.
b. Inquiry, yaitu peerta didik dilepas
bebas untuk sesuatu melalui proses asimilasi yaitu memasukkan hasil pengamatan
kedalam struktur atau penyusuain dalam struktur kognitif peserta didik yang
telah ada dalam proses akomodasi yakni mengadakan perubahan-perubahan dalam
struktur kognitif yang lama hingga cocok dan sesuai dengan fenomena baru yang
diamati.
Kemudian
oleh Bryon G. Massialas dalam Social
Issue Through Inquiry, dijelaskan ada dua pendekatan mengajar, yaitu
pendekatan expository dan inquiry.
1. Pendekatan Ekspository
Hakikat
belajar menurut pandangan ini adalah penyampaian ilmu pengetahuan kepada
peserta didik yang dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan
guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam
bentuk penjelasan dan penuturan lisan.
2. Pendekatan Inquiry
Proses
pengajaran harus dipandang sebagai stimulus rangsangan yang dapat menantang
peserta didik untuk merasa terlibat dalam aktivitas pengajaran. Peranan guru
adalah sebagai fasilitator dan pembimbing atau pemimpin pengajaran yang
demokratis, sehingga diharapkan peserta didik lebih banyak melakukan kegiatan
sendiri atau dalam bentuk kelompok memecahkan masalah atas bimbingan guru.
Ada 5 tahap yang
harus ditempuh.
-
Perumusan
masalah untuk dipecahkan peserta didik.
-
Penetapan
jawaban sementara/pengajuan hipotesis.
-
Peserta
didik mencari informasi, data, yang diperlukan untuk memecahkan masalah dan
menguji hipotesis.
-
Menarik
kesimpulan dari jawaban.
-
Aplikasi
kesimpulan dalam situasi baru.
Untuk dapat
menggunakan pendekatan inquiry diperlukan persyaratan berikut:
-
Guru
haru terampil memilih masalah yang relevan dan sesuai daya nalar peserta didik.
-
Guru
harus terampil memberikan motivasi belajar dan menciptakan situasi pengajaran
yang menyenangkan/menarik minat peserta didik.
-
Tersedia
fasilitas dan sumber belajar yang memadai.
-
Terjamin
kebebasan peserta didik dalam berpendapat, berkarya, dan sebagainya.
-
Kesediaan
peserta didik untuk partisipasi aktif belajar.
-
Guru
tak banyak intervensi dalam kegiatan belajar peserta didik.
d. Peroses pengelolaan pesan
Ada dua macam
proses (berpikir) dalam pengajaran.
1. Proses deduktif. Suatu proses pengajaran
yang beranjak dari yang umum untuk dilihat keberlakuan atau akibatnya pada yang
khusus, dari prinsip ke kasus.
2. Proses induktif. Suatu peristiwa/proses
pengajaran yang beranjak dari contoh-contoh kasus/konkret pada prinsip umum
atau generalisasi.
e. Tujuan-tujuan Belajar/Pengajaran
Ada lima macam
hasil belajar dijelaskan oleh Ratna Wilis Dahar (1988: 162-167) sebagai
berikut:
1. Keterampilan Intelektual
Keterampilan-keterampilan
intelektual memungkinkan seseorang berinteraksi dengan lingkungannya melalui
penggunaan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Untuk memperoleh aturan-aturan
ini, peserta didik sudah harus belajar beberapa konsep konkret, dan untuk
belajar konsep-konsep konkret ini, peserta didik harus menguasai
diskriminasi-diskriminasi.
a. Diskriminasi-diskriminasi
Diskriminasi
merupakan suatu kemampuan untuk mengadakan respons yang berbeda terhadap
stimulus-stimulus yang berbeda dalam satu atau lebih dimensi fisik. Dalam kasus
yang paling sedehana, seseorang memberikan respons, bahwa dua stimulus sama
atau berbeda. Diskriminasi merupakan keterampilan intelektual yang paling
dasar. Pengajaran diskriminasi paling banyak diberikan pada anak-anak kecil dan
anak-anak atau orang-orang yang cacat mental (mentaly retarted).
b. Konsep-konsep konkret
Salah
satu keterampilan intelektual ialah konsep konkret, dan suatu konsep
menunjukkan suatu sifat objek atau
atribut objek (warna bentuk dan lain-lain). Konsep-konsep ini disebut
“Konkret”, sebab penampilan manusia yang dibutuhkan konsep-konsep ini ialah
mengenai suatu objek yang konkret. Contoh sifat-sifat objek ialah bulat,
persegi, biru, merah, halus dan lain-lain.
c. Konsep terdefinisi
Seseorang
dikatakan telah belajar suatu konsep terdefinisi bila ia dapat mendemontrasikan
arti dari kelas tertentu tentang objek-objek, kejadian-kejadian, atau
hubungan-hubungan. Misalnya, kita perhatikan konsep asam, suatu zat yang
memerahkan kertas lakmus biru. Untuk memiliki konsep terdefinisi ini, peserta
didik sudah dapat menunjukkan konsep-konsep konkret, yaitu zat, merah, dan dan
kertas lakmus biru.
d. Aturan-aturan
Seseorang
telah belajar. Suatu aturan, bila penampilannya mempunyai semacam “keteraturan”
dalam berbagai situasi-situasi khusus. Suatu konsep terdefinisi merupakan suatu
bentuk khusus dari aturan yang bertujuan untuk mengelompokkan objek-objek dan
kejadian-kejadian. Konsep terdefinisi adalah suatu aturan pengklasifikasian
e. Aturan-aturan tingkat tinggi
Ada
kalanya, aturan-aturan yang kita pelajari merupakan gabungan yang kompleks
tentang aturan-aturan yang lebih sederhana. Aturan-aturan tingkat tinggi
ditemukan untuk memecahkan suatu masalah praktis atau sekelompok masalah-masalah. Suatu kondisi yang esensial
yang membuat belajar aturan-aturan tingkat tinggi suatu kejadian pemecahan
masalah ialah, karena tidak adanya bimbingan belajar, apakah dalam bentuk
komunikasi verbal atau dalam bentuk lain. Bimbingan belajar diberikan oleh si
pemecah masalah itu sendiri, tidak oleh guru atau sumber eksternal lain.
Aturan-aturan memegang peranan penting dalam memecahkan masalah. Tidak mungkin
bagi peserta didik untuk memperoleh semua aturan yang diperlukan bagi setiap
situasi. Konsep-konsep dan aturan-aturan
harus disintesis menjadi bentuk-bentuk kompleks yang baru agar peserta didik dapat
menghadapi situasi-situasi masalah yang baru. Pemecahan masalah merupakan suatu
kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah
diperoleh sebelumnya, dan tidak sebagai suatu keterampilan generik.
2. Strategi Kognitif
Suatu
macam keterampilan intelektual khusus yang mempunyai kepentingan tertentu bagi
belajar dan berpikir ialah strategi kognitif. Dalam teori belajar modern, suatu
strategi proses internal yang digunakan peserta didik untuk memilih dan
mengubah cara-cara memberikan perhatian, belajar, mengingat, dan berpikir.
Berbagai
macam strategi kognitif yang peneglompokannya disarankan oleh Weinstein dan
Mayer (1986).
a. Strategi-strategi menghapal
Latihan
berupa mengulangi nama-nama dalam suatu urutan (misalnya, nama
pahlawan-pahlawan, tahun-tahun pecahnya Perang Dunia dan lain-lain). Dalam
mempelajari tugas-tugas yang kompleks, misalnya mempelajari tugas-tugas yang
lebih penting, menghapal dapat dilakukan dengan menggaris bawahi
gagasan-gagasan penting itu, atau dengan menyalin bagian dari teks.
b. Strategi-strategi elaborasi
Dalam
menggunakan teknik elaborasi, peserta didik mengasosiasikan hal-hal yang akan
dipelajari dengan bahan-bahan lain yang tersedia. Bila diterapkan pada belajar
dari teks prosa misalnya, kegiatan-kegiatan elaborasi merupakan pembuatan paraphrasa, pembuatan ringkasan, pembuatan
catatan, dan perumusan pertanyaan-pertanyaan dengan jawaban-jawaban.
c. Strategi-strategi pengaturan
Menyusun
materi yang akan dipelajari ke dalam suatu kerangka yang teratur, merupakan
teknik dasar dari strategi-strategi ini. Hubungan-hubungan antara fakta-fakta
disusun menjadi tabel-tabel, memungkinkan penggunaan pertolongan penyusunan
ruang untuk menghapal materi pelajaran. Cara lain ialah dengan membuat
garis-garis besar tentang gagasan-gagasan utama dan menyusun organisasi-organisasi
baru untuk gagasan-gagasan itu.
d. Strategi-strategi metakognitif
Strategi-strategi
metakognitif meliputi kemampuan-kemampuan peserta didik untuk menentukan
tujuan-tujuan belajar, memperkirakan keberhasilan pencapaian tujuan-tujuan itu
dan memiilh alternatif-alternatif untuk mencapai tujuan-tujuan itu.
e. Strategi-strategi efektif
Teknik-teknik
ini digunakan para peserta didik untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian,
untuk mengendalikan kemarahan dan menggunakan waktu secara efektif.
3. Informasi Verbal
Informasi
verbal diperoleh sebagai hasil belajar di sekolah, dan juga dari kata-kata yang
diucapkan orang, dari membaca, dari radio, televisi, dan media lain-lainnya.
4. Keterampilan-keterampilan Motorik
Keterampilan-keterampilan
motorik tidak hanya mencakup kegiatan-kegitaan fisik, melainkan juga
kegiatan-kegiatan motorik yang digabungkan dengan keterampilan intelektual,
mislanya bila membaca, menulis, memainkan sebuah instrumen musik atau dalam
pelajaran sains, bagaimana menggunakna berbagai macam alat, seperti mikroskop,
berbagai alat-alat lisrik dalam pelajaran fisika, dan burat, alat distilasi,
dalam pelajaran kimia.
5. Sikap-sikap
Sikap
merupakan bawaan yang dapat dipelajari, dan dapat mempengaruhi perilaku
seseorang terhadap benda-benda, kejadian-kejadian, atau makhluk-makhluk hidup
lainnya.
Bloom Cs. beserta para penerus gagasan-gagasannya pada garis
besanya telah mengklasifikasikan tujuan pengajaran kedalam tiga ranah yaitu:
ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
1. Ranah Kognitif, meliputi enam kategori
secara hierarkis, sehingga menjadi taraf-taraf yang semakin kompleks.
a. Pengetahuan
b. Permohonan
c. Penerapan
d. Analisis
e. Sintesis
f. Evaluasi
2. Ranah Afektif, meliputi lima kategori
secara hierarkis
a. Penerimaan
b. Partisipasi
c. Penilaian/Penentuan Sikap
d. Organisasi
e. Pembentukan Pola Hidup
3. Ranah Psikomotorik, inilah yang
dikembangkan Simpson (bukan Bloom dan kawan-kawan). Ranah ini meliputi tujuh
kategori secara hierarkis
a. Persepsi
b. Kesiapan
c. Gerakan terbimbing
d. Gerakan terbiasa
e. Gerakan yang kompleks
f. Penyesuaian pola gerakan
g. kreativitas
2.
Pengelompokan Bruce Joyce dan Marsha Weil
a. Klasifikasi
Model-model Interaksi Sosial
Bahwa proses soaial yang demokrasi perlu
dikembangkan untuk melakukan perbaikan masyarakat dalam arti yang luas secara built-in dan kontinu. Model-model
interaksi sosial ini terdiri dari:
1. Model jurisprudensi
2. Kerja kelompok
3. Inkuiri sosial
4. Metode laboraturium
b. Klasifikasi Model-model
Pengolahan Informasi
Klasifikasi ini berangkat dari prinsip-prinsip pengolahan
informasi oleh manusia: bagaimana ia menangani stimulus dai lingkungan,
mengolah data, mendeteksi masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Model-model
ini antara lain:
1. Mengajar induktif
2. Latihan inkuiri
3. Inkuiri dalam IPA
4. Pembentukan konsep
5. Metode developmental
6. Advance
organizer
c. Klasifikasi Model-model
Personal-Humanistik
Klasifikasi model-model ini mengutamakan proses
pengorganisasian internal yang dilakukan individu dan pengaruhnya terhadap cara
dan proses pergaulan individu dengan lingkungannya maupun dengan dirinya
sendiri. Yang termasuk model-model personal-humanistik adalah:
1. Pengajaran non-direktif
2. Pertemuan kelas
3. Model sintesis
4. Model sistem konseptual
d. Klasifikasi Model-model Tingkah Laku
Model ini berdasarkan pada mementingkan penciptaan sistem
lingkungan belajar yang memungkinkan
manipulasi “reinforcement atau
penguatan tingkah laku” yang dikehendaki.
C.
CBSA Sebuah Strategi Pengajaran
CBSA (Cara Belajar Siswa
Aktif) merupakan strategi partisipasi peserta didik sebagai subjek didik secara
optimal sehingga peserta didik mampu mengubah dirinya (tingkah laku, cara
berfikir, dan sikap) secara lebih efektif dan efesien. Dalam dunia pengajaran CBSA
bukan sebagai hal yang baru. Malahan, dalam teori pengajaran CBSA merupakan
konsekuensi logis dari pengajaran yang semestinya dan untuk memenuhi
prinsip-prinsip pengajaran, aktivtas, individualitas, kebebasan, kerja sama,
dan perinsip pengajaran lainnya. Adapun kehadiran CBSA sebagai sebuah
alternatif strategi pengajaran untuk mempertinggi dan mengoptimalkan aktivitas
dan keterlibatan peserta didik dalam proses pengajaran belajar. Dalam
mengoptimalisasikan keaktifaan belajar peserta didik itu dapat dikondisikan
melalui indikator CBSA dapat dilihat tingkah laku yang mana yang muncul dalam
suatu proses pengajaran berdasarkan apa yang dirancang oleh guru. Indikator itu
dapat dilihat dari lima segi.
1. Dari segi peserta didik, dapat dilihat
dari
-
Keinginan,
keberanian menampilkan minat, kebutuhan dari permasalahan
-
Keinginan
dan keberanian serta kesempatan untuk partisipasi dalam kegiatan persiapan,
proses, dan kelanjutan belajar.
-
Pemanpilan
berbagai usaha belajar dalam menjalani dan menyelesaikan kegiatan belajar mengajar
hingga mencapai keberhasilan
-
Kebebasan
melakukan hal tersebut diatas tanpa tekanan guru ataupun pihak lainnya.
-
2. Dari segi guru
-
Usaha
mendorong, membina gairah belajar dan partisipasi peserta didik secara aktif.
-
Peran
guru tidak mendominasi kegiatan proses belajar peserta didik.
-
Memberi
kesempatan peserta didik untuk belajar menurut cara dan keadaan masing-masing.
-
Menggunakan
berbagai jenis metode mengajar pendekatan multimedia.
3. Dari segi pogramnya, hendaknya:
-
Tujuan
pengajaran dan konsep maupun isi pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat
, dan kemampuan subjek didik.
-
Program
cukup jelas, dapat dimengerti, dan menantang peserta didik untuk melakukan
kegiatan belajar mengajar.
-
Bahan
pengajaran mengandung fakta, konsep, prinsip, dan keterampilan.
4. Dari segi sarana belajar:
-
Ada
sumber-sumber belajar bagi peserta didik
-
Fleksibilitas
waktu untuk kegiatan belajar
-
Dukungan
dari berbagai jenis media pengajaran.
BAB 3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Strategi pengajaran merupakan tindakan guru
melaksanakan rencana mengajar. Artinya, usaha guru dalam menggunakan berbagai
variabel pengajaran (tujuan, bahan, metode,dan alat, serta evaluasi) agar dapat
mempengaruhi para siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam hal ini ada dua pengelompokan yaitu
pengelompokan dari Gagne dan Briggs dan pengelompokan menurut Bruce Joyce dan
Marsha Weil. Pengelompokan Gagne dan Briggs: pengaturan guru dan peserta didik, struktur events pengajaran, peranan
guru-peserta didik dalam mengelola pesan, proses pengelolaan pesan, tujuan-tujuan
belajar/pengajaran. Pengelompokan Bruce Joyce dan Marsha Weil terbagi menjadi
beberapa bagian yaitu: klasifikasi model-model interaksi sosial, klasifikasi
model-model pengolahan informasi, klasifikasi model-model personal-humanistik,
dan klasifikasi model-model tingkah laku.
CBSA Sebuah Strategi Pengajaran, didalam CBSA ada
beberapa pengelompokan lagi yaitu: Dari segi peserta didik, Dari segi guru, Dari
segi pogramnya, dan Dari segi sarana belajar.
B.
Saran
Dengan adanya
pembahasan tentang strategi pengajaran,
penulis berharap semoga menjadi gerakan awal dalam merevolusi diri kita
masing-masing agar menjadi lebih baik untuk memahami konsep pendidikan dan
pengelolaan didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Rohani, Ahmad.2010.Pengelolaan Pengajaran.Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar