Minggu, 28 Januari 2018

KOMPONEN-KOMPONEN PEMBELAJARAN

BAB 1

PENDAHULUAN


Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif yang mewarnai interaksi antara guru dan anak didik. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran. Namun, selama kegiatan pengajaran guru sering menjumpai kesulitan bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Hal ini dikarenakan anak didik sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Akibatnya, tujuan pengajaran pun sukar dicapai.
Pengelolaan kelas memerlukan media sumber belajar untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di kelas. Keefektifan daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Metode pembelajaran juga mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Metode pembelajaran  yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi seperangkat item soal yang sesuai denngan rumusan beberapa tujuan pembelajaran.








1.      Bagaimana kriteria penggunaan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran?
2.      Apa yang dimaksud dengan media pembelajaran?
3.      Apa yang dimaksud dengan evaluasi pembelajaran?

1.      Untuk mengetahui kriteria penggunaan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran
2.      Untuk mengetahui media pembelajaran
3.      Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran


















BAB 2

PEMBAHASAN


Proses belajar mengajar yang baik harus memiliki dan memenuhi sejumlah kriteria, antara lain:
a.         Memiliki tingkat relvansi epistemologis yang tinggi, artinya proses belajar yang dilakukan peserta didik relevan dengan hakikat ilmu yang sedang dipelajari peserta didik.
b.        Memiliki tingkat relevansi psikologis. Dalam hal ini ilmu dipandang sebagai alat berfikir. Makin tinggi  kadar berfikir siswa didalam kagiatan belajar, makin berkualitas proses belajar mengajar tersebut.
c.         Memiliki tingkat relevansi sosiologis. Kriteria ini dilihat dari segi kesempatan peserta didik menghayati nilai-nilai sosial. Di dalam proses belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada peserta didik menghayati nilai-nilai sosial, seperti: saling menghargai pendapat, bekerja sama, dan sejenisnya, maka dilihat dari kriteria ini proses tersebut cukup baik.
d.        Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara optimal. Proses belajar mengajar yang terlalu didominasi oleh guru dinilai tidak baik.
e.         Memiliki tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Hal ini dilihat dari tingkat pencapaian tujuan yang optimal dan komprehensif serta denga sumber daya yang relatif hemat.

(Syaiful Bahri Djamarah, 2010:5) Secara umum strategi mempunyai suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajarr untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut:
a.     Mengidentifikasi serta menetapkan spesifiksi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b.    Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c.     Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
d.    Menetapkan  norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.

Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat  masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Disini terlihat apa yang terjadi sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju  harus jelas dan terarah. Oleh karena itu, tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga mudah dipahami oleh anak didik.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang sesuatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang tidak sama.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivikasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri.
Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pengangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa diketahui  keberhaasilannya, setelah dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar yang lain.

(Syaiful Bahri Djamarah, 2010:46) Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh oleh guru dan penggunaanya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran yang berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak mengasai satu pun metode mengajar yang dirrumuskan dan dikemukakan pada ahli psikologi dan pendidikan.
Prof. Dr. Winarno surakhmad, M. Sc. Ed., mengemukakan lima macam faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut.
a.    Tujuan yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya.
b.    Anak didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya.
c.    Situasi yang  berbagai-bagai keadaannya .
d.   Fasilitas yang berbagai-bagai kuallitas dan kuantitasnya..
e.    Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.

Dalam praktik pelaksanaan metode pembelajaran yang berpusat kepada guru, untuk mengurangikesan otoritas guru, patut diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.    Pada tahap persiapan, sebelum pembelajaran dimulai perlu dikondisikan oleh guru untuk
a.       Menciptakan lingkungan pembelajaran yang nyaman, yang tidak ada kesan yang mengungkung siswa.
b.      Mempersiapkan peluangkan untuk berlangsungnya pembelajaran aktif, guru tidak terkesan terlalu mendominasi.
c.       Akomodasikan adanya gaya belajar yang berbeda-beda.
2.    Pada saat berlangsungnya pembelajaran, perlu dilakukan oleh guru utuk berupaya
a.    Selalu berinteraksi dengan para siswa.
b.    Menunjukkan minat yang besar kepada subjek pembelajaran.
c.    Menyampaikan kepada siswa secara jelas apa tujuan pembelajaran, pokok bahasan apa yang akan dibahas dan apa kaitannya dengan seluruh materi bidang studi.
d.   Menunjukkan penghargaan kepada, minat yang besar kepada, semua gagasan dan pertanyaan siswa.
3.    Pada akhir pembelajaran jangan lupa melakukan refleksi.
       
Berbagai metode tentang yang dapat diterapkan dalam berbagai jenis bidang studi dan berbagai situasi pembelajaran. Berbagai metode itu antara lain adalah sebagai berikut:
Metode ceramah adalah metode yang dilakukan dengan pemberian informasi secara lisan/verbal dari seseorang pembicara didepan sekelompok pengunjung. Dalam pembelajaran tentu saja pembicara disini adalah seorang guru, sedangkan pengunjungnya adalah peserta didik. Bisanya metode ceramah diterapkan jika tujuan pokok pembelajaran memang memberikan infomasi. Metode ceramah akan efektif bila peserta didik sudah termotivikasi, oleh sebab itu guru harus membuat semacam prokondisi agar siswa duduk tenang dahulu sebelum ceramah berlangsung.
Metode ceramah juga akan efektif bila guru ingin menambah atau memberi pemekanan terhadap materi yang sudah dipelajari dengan menggunakan metode yang lain. Metode ceramah juga amat efektif pada saat guru melaksanakan apersepsi pada pembukaan pembelajaran atau melaksanakan refleksi pada akhir pembelajaran. Tersirat pada penjelasaan itu bahwa metode ceramah akan efektif apabila durasi ceramah tidak terlalu panjang misal antara 10-15 menit saja, hal ini terkait dengan kemampuan mengingat para pendengar ceramah.
Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pelaksaan metode ceramah, sebagai berikut:
1.    Persiapkan pembelajaran sehingga dapat berangsung ceramah yang lancar dan baik.
2.    Selidiki apakah metode ceramah merupakan metode yang dapat disituasi pembelajaran tersebut, baik materinya, maupun pendenngarnya dan sebagainya.
3.    Persiakan catatan kecil tentag materi apa saja yang akan diceramahkan.
4.    Saat ceramah berlangsung berbicara dengan jelas dan runtut, jangan seperti orang yang sedang berpidato, tetap berusaha berkeliling kelas, dan atur sikap tubuh sedemikian rupa agar memperoleh perrhatian murid.
5.    Bila mengajukan pertanyaaan jangan takut jika kelas menjadi hening, ini menunjukan perhatian siswa.



Gordon Pask (dalam Suyono dan Hariyanto, 2015: 97 ) dalam publikasinya berjudul Conversation Theory, Application in Education and Epitemology, menyakan bahwa melalui interaksi percakapan termasuk tentu saja tanya jawab antara guru dengan murid, antara dosen dengan mahasiswa, akan terjadi kontruksi pengetahuan atau proses untuk tahu (knowing).  Teori percakapan dari Pask inilah yang kemudian mengembangkan teori pembelajaran sibernetika. Pask adalah seorang konstruktivis.
Berikut adalah hal-hal yang terkait dengan asking question better, tersebut.
a.       Strategi umum dalam bertanya:
-          Bila merencanakan pelaksanaan mettode tanya jawab selalu ingatlah apa pun tujuan pembelajaran.
-          Agar tidak mengecewakan siswa, beri kesempatan untuk menjawab dengan pikiran siswa sendiri, guru jangan memberi peeertanyaan yang jawabannya merupakan jawaban guru sendiri.
-          Jika terpaksa memberi pertanyaan yang jawabannya benar atau salah, tindak lanjuti dengan pertanyaan tambahan.
-          Buatlah pertanyaan yang jelas, langsung dan spesifik.
-          Jangan bertanya lebih dari satu pertanyaan pada saat yang sama.
-          Saat merancang ppenerapan metode tanya jawab buatlah catatan tentang kapan akan berhenti menerangkan, untuk bertanya atau akann menjawan pertanyaan siswa.
-          Dalam satu sesi pembelajaran buatlah pertanyaan yang merupakan campuran antara pertanyaan tertutup (closed question) yang jawabannya tertentu dan pasti, dengan pertanyaan terbuka (opened question).
b.      Menanggapi secara efektif
-          Berilah siswa kesempatan untuk berpikir dan meruumuskan jawabannya.
-          Jangan menyela jawaban siswa.
-          Tunjukkan bahwa anda berminat terhadap jawaban siswa, baik itu benar atau salah.
-          Kembangkann suatu tanggapan demi menjaga agar siswa selalu berpikir.
-          Jika siswa menjawab salah, jelaskanlah dimana letak kesalahannya, selanjutnya tanyakan pertanyaan lanjutan kepada siswa (mungkin tidak satu pertanyaan, tetapi serangkaian pertanyaan) yang dapat memandu siswa untuk memperoleh jawaban yang benar.

Demonstrasi adalah suatu kegiatan mempertunjukkan jalannya suatu proses, reaksi atau cara bekerjaanya suatu alat oleh seorang demonstrator dihadapan suatu khalayak.
Hal-hal penting yang harus dilakukan guru sebelum dilaksanakan metode demonstrasi antara lain adalah sebagaai berikut:
1.         Rumuskan dengan jelas tujuan pembelajaaran, kompetensi dasar apa yang harus dikuasai oleh siswa setelah demonstrasi langsung.
2.         Mempertimbangkan relevansi metode demonstrasi dengan bahan ajar, kelayakannya, keefektifannya, dan lain sebagainnya.
3.         Apakah jumlah siswa tidak terlalu besar, sehingga akibatnya tidak memungkinkan semua siswa terlihat seluruh proses kegiatan demonstrasi.
4.         Apakah alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi cukup tersedia, catu daya listrik jugaa selalu siap.
5.         Menetapkan garis-garis besar prosedur demonstrasi, guru selayaknya mencoba dulu sebelum melaksanakan atau tidak.
6.         Memperhitungkan waktu yang diperlukan, mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai akhir demonstrasi.
7.         Siswa diminta untuk mencatat hal-hal yang relevan dengan tujuan demonstrasi dengan baik.
8.        Selama demonstrasi amatilah apakah semua proses demonstrasi dapat dilihat oleh para siswa dengan baik, keterangan-keterangan yang dilakukan untuk menjelaskan, dapat diterima siswa dengan baik.
9.        Menetapkan rencana untuk menindaklanjuti kegiatan demonstrasi, setelah penilaian terhadap hasil peneraapan metode.

Metode ini tidak pernah berdiri sendiri, dilaksanakan disekolah, dan tempat dilaksanakan didalam kelas atau diperpustakaan. Biasanya dilaksanakaan pada awal pembelajaran sebelum dilanjukkan dengan implementasi metode ini, misalnya ceramah, tanya jawab, diskusi, atau bahkan mungkin demonstrasi atau ekperimen.
Pelaksanaannya, guru mula-mula menugasi siswa untuk membaca suatu wacana atau suatu prosedur langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanaakan guru, petunjuk atau suatu proses untuk melakukan suatu pratikum dilaboraturium dalam kaitan ekperimentasi oleh siswa. mengingat peenerappan metode ini secara keseluruhan memerlukan waktu, hendaknya jangan diterapkan dalam jam pelajaran tersedia pendek.

Metode karyawisata disebut pula metode widyawisata, metode studi ekskursi, seperti terungkap pada namanya menggabungkan antara kegiatan studi dan rekreasi, tamasya. Manfaat dari meetode ini adalah para pembelajar memperoleh pengalaman langsung dengan melihat langsung berbagai proses, fenomena yang terjadi di lokasi studi.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapat dan kepergian keluar kota tidak sia-sia ada sejumlah hal yang harus dipersiapkan ooleh guru, antara lain:
1.      Rumuskan tujuan pembelajaran bersama siswa.
2.      Kontak terlebih dahulu apakah tempat tujuan yang akan dikunjungi sudah benar-benar siap menerima, sehingga mereka telaahmenyiapkan pembimbing dan sebagainya.
3.      Ada kaitan antara tempat yang akan dikkunjungi dan materi pembelajaran sebelumnya.
4.      Untuk memudahkan siswa dalam membuat laporan dan agar lebih fokus, atur siswa dalam kelompok-kelompok sesuai dengan berbagai aspek sasaran yang akkan dikunjungi.
5.      Buatlah ikhtisar atau ringkasan pokok-pokok materi yang akan dikunjungi, bagikan kepada siswa untuk dipelajarai dan didiskusikan bersama, sehingga mereka lebih siap saat kunjungan.
6.      Menugasi siswa agar catatan-catatan tentang proses-preses esensial atau produk utama dari perusahaan/objek yang dikunjungi.
7.      Membuat rancangan penilaian hasil karyawisata untuk bahan membuat laporan yang antara lain meliputi:
§  Laporan sementara tentang apa-apa yang dilihat dan didengar.
§  Melakukan penafsiran, penilaian dan analisis terhadap hasil pertemuan lapangan.
§  Membuat rangkuama pengalaman-pengalaman kelompok.
§  Menyusun saran-saran tindak lanjut.

Metode ini pada hakikatnya juga tidak pernah berdiri sendiri. Seringkali digabungkan dengan metode ceramah, terkadang dengan metode tanya jawab, atau media diskusi. Dalam hal ini disamping harus tersedia notebook (laptop) dan LCD, pada daerah tertentu yang jauh dari kota besar masih digunakan plastik transparan dan OHP, sekarang sudah amat jarang, dan tentu saja catu daya listrik. Paparan biasanya dipresentrasikan denga aplikasi program power point. Jadi guru harus menguuasai program ini disamping program word.
Implementasi metode ini juga tidak pernah berdiri sendiri. Biasanya dilaksanakan pada pertengahan guru mengajar. Dapat diawali dengan metode ceramah untuk menekankan butir-butir penting dan apersepsi kepada siswa, atau tanya jawab yang membimbing dan mengaarahkan siswa kearah materi yag akan dilatih. Misalnya untuk sekolah dasar latihan dalam aritmatika tingkat dasar seperti menambah, menjumlahkan, mengurangi, mengalikan dan membagi.

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Gerlach & Ely (dalam Azhar Arsyad, M.A., 2010: 3) mengatakan  bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belaja mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Dalam kegiatan belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media pembelajaran digantikan dengan istilah-istilah seperti alat pandang dengar, bahan pengajaran (instructional material), komunikasi pandang-dengar (audio-vissual), pendidikan alat peraga pandang (visual education), teknologi pendidikan (educational technology), alat peraga  dan media penjelas.
Berdasarkan uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri umum yang terkandung pada setiap batasan itu.
1.        Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dikenal sebagai perangkat keras yaitu sebagai benda ayang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.
2.        Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai perangkat lunak, yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakann isi yang ingin disampaikan kepada siswa.
3.        Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4.        Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.
5.        Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran
6.        Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya: modul komputer, radio tape/ kaset, video recorder).
7.        Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu.
Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian muncul teknologi audio-visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) media hasil teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3) media hasil teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.
1.      Teknologi cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau fotografis. Kelompok hasil teknologi cetak meliputi teks, grrafik, foto atau representasi fotografik dan reproduksi. Teknologi cetak memiliki ciri-ciri berikut:
a.       teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang;
b.      baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif;
c.       teks dan visual ditampilkan statis (diam);
d.      pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip kebahasaan dan persepsi visual;
e.       baik teks maupun visual berpusat pada siswa;
f.       informasi dapat diatur kembali atau ditata uang oleh pemakai.
2.      Teknologi audio-visual adalah cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual. Pengajaran melalui audio-visual bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar. Ciri-ciri utama teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut:
a.       Bersifat linear;
b.      dapat menyajikan visual yag dinamis;
c.       representasi fisik dari gagasan nyata atau abstrak;
d.      dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme dan kognitif;
e.       umumnya berpusat kepada guru dengan tingkat interaktif murid yang rendah.
3.      Teknologi berbasis komputer adalah cara menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber yang berbasis mikro-prosesor. Pada dasarnya teknologi berbasis komputer menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi kepada siswa. Beberapa ciri media yang dihasilkan teknologi berbasis kompyter (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) adalah sebagai berikut:
a.       Dapat digunakan secara acak, non-sekuensial, atau secara linear;
b.      dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa sebagaimana direncanakannya;
c.       gagasan-gasan disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol, dan grafik;
d.      pembelajaran dapat berpusat pada siswa dan melibatkan interaktivitas siswa yang tinggi.
4.      Tekonologi gabungan adalah cara menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Beberapa ciri utama teknologi berbasis komputer adalah sebagai berikut:
a.       Dapat digunakan secara acak, secara non-sekuensial, secara linear;
b.      dapat digunakan sesuai dengan keinginan siswa bukan saja dengan cara yang direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya;
c.       gagasan-gagasan disajikan secara realistis dalam konteks pengalaman siswa, menurut apa yang relevan dengan siswa, dan di bawah pengendalian siswa;
d.      prinsip ilmu kognitif dan konstruktivitas diterapkan dalam pengembangan dan penggunaan pembelajaran;
e.       pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan dikuasai jika pelajaran digunakan;
f.       bahan pembelajaran banyak melibatkan interaktivitas siswa;
g.      bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai sumber.

Kemp & Dayton (dalam Azhar Arsyad, M.A., 2010: 37) mengelompokkan media dalam delapan jenis yaitu sebagai berikut:
1.      Media cetakan
Media cetakan meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi. Di samping buku teks atau buku ajar, termasuk pula lembaran penuntun berisi gambar atau foto di samping teks penjelasan, penuntun belajar, penuntun instruktur serta brosur dan newsletter. Kelebihan media cetakan ini, yaitu materi pelajaran dapat dirancang sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat msupun yang lamban membaca dan memahami. Namun, pada akhirnya semua siswa diharapkan dapat menguasai materi pelajaran itu. Sedangkan keterbatasan media cetakan ini, yaitu sulit menampilkan gerakan dalam halaman media cetakan serta biaya percetakan akan mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi, gambar, atau foto yang berwarna-warni.
2.      Media pajang
Media pajang pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi di depan kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis, flip chart, papan magnet, papan kain, papan buletin dan pameran. Kelebihan dari media pajang ini, yaitu pemakai dapat secara fleksibel membuat perubahan-perubahan selama penyajian materi berlangsung. Sedang keterbatasan dari media pajang ini, yaitu pada saat guru menulis di papan, guuru membelakangi siswa dan jika ini berlangsung lama tentu akan mengganggu suasan dan pengelolaan kelas.
3.      Proyektor Transparansi (OHP)
Transparansi yang diproyeksikan adalah visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik atau gabungannya pada lembaran bahan tembus pandang atau plastik yang dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah proyektor. Kelebihan dari OHP ini  yaitu pantulan proyeksi gambar dapat terlihat jelas pada ruangan yang terang (tidak perlu pada ruangan yang gelap) sehingga guru dan murid dapat saling melihat, serta guru selalu bertatap muka dengan siswa karena OHP dapat diletakkan di depan kelas. Sedangkan keterbatasan dari OHP ini, yaitu listrik pada ruang atau lokasi penyajian harus tersedia, harus memiliki teknik khusus untuk pengaturan urutan baik dalam hal penyajian maupun penyimpanan.


4.      Rekaman Audio-Tape
Pesan dan isi pelajaran dapat direkam pada tape magnetik sehingga hasil rekaman itu dapat diputar kembali pada saat diinginkan. Pesan dan isi pelajara itu dimaksudkan untuk merangsang pikiran, perasaaan, perhatian, dan kemauan siswa sebagai upaya mendukung terjadinya proses belajar. Kelebihan dari rekaman audio-tape ini, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan diri sendiri sebagai alat diagnosis guna membantu meningkatkan keterampilan mengucapkan, membaca, mengaji atau berpidato. Sedangkan keterbatasan dari rekaman audio-tape ini, yaitu sulit menentukan lokasi suatu pesan atau informasi. Jika pesan atau informasi berada di tengah-tengah pita, maka akan memakan waktu lama untuk menemukannya, apalagi jika tape tidak memilik angka-angka penuntun putaran pitanya.
5.      Film dan Video
Film atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup. Kelebihan dari media film dan video ini, yaitu dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik dan lain-lain. Film dan video dapat menunjukkan objek yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut. Sedangkan keterbatasan dari media film dan video ini, yaitu pada saat film dipertunjukkan, gambar-gambaR bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut.


Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amt penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan  dalam memilih media. Meskipum demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Levie & Lentz (dalam Azhar Arsyad, M.A., 2010: 16) megemukakan empat fungsi pembelajaran, khususnya media visual, yaitu sebagai berikut:
1.      Fungsi Atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.
2.      Fungsi Afektif
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
3.      Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual  atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesa yang terkandung dalam gambar.
4.      Fungsi kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yaang memberikan konteks untuk memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
(Azhar Arsyad, M.A., 2010: 25) menyimpulkan manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengjar sebagai berikut:
1.      Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2.      Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi  belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3.      Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu:
a.       Objek atau benda yang terlaalu besaruntuk ditampilkan langsung diruang kelas dapat degamti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio atau model.
b.      Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak  oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.
c.       Kejadian langka yang terjadi dimasa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto. Slide disamping secara verbal.
d.      Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilakan secara konkret melalui film, gambar, slide atau simulasi komputer.
e.       Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.
f.       Peristiwa alam seperti kejadiannya letusan gunung berapi atau proses dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengann teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film,video, slide, atau simulasi komputer.
4.      Media pembelajaraan dapat diberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta kemungkinan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkuannya misalnnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.


Ada tiga hal yang saling berkaitan dalam kegiatan evaluasi pembelajaran yaitu evaluasi, pengukuran, dan tes. Ketiga istilah itusering disalahartikan sehingga tidak jelas makna dan kedudukannya. Gronlund (dalam Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran) mengemukakan evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan pembelajaran. Kemudian pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu(siswa). Sedangkan tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel prilaku.
Sejalan dengan pendapat diatas, Hopkins dan Antes mengemukakan evaluasi adalah pemeriksaan secara terus menurus untuk mendapatkan informasi yang meliputi siwa, guru, program pendidikan, dan proses belajar mengajar untuk mengetahui tingkat perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan evektifitas program. Sedangkan pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri (attribute) mengenai suatu objek, orang atau pristiwa.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat komprehensif yang didalamnya meliputi pengukuran. Sedangkan tes merupakan salah satu alat atau bentuk dari pengukuran. Pengukuran lebih membatasi kepada gambaran yang bersifat kuantitatif (berupa amgka-angka) mengenai kemajuan belajar siswa (learning progress), sedangkan evaluasi bersifat kualitatif. Disamping itu, evaluasi pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek.

Unsur pokok dalam evaluasi pembelaran adalah:
1.    Objek yang akan di evaluasi
2.    Kriteria sebagai pembanding
3.    Keputusan(judgement)

Objek evaluasi dalam pembelajaran meliputi isi program pembelajaran, tingkat efisensi dan efektifitas pelaksanaan program, dan tingkat keberhasilan program pembelajaran (out put program). Kemudia kriteria sebagai pembanding meliputi kriteria internal (relatif) dan kriteria eksternal (mutlak/absolut). Kriteria yang bersifat relatif mengambarkan posisi objek yang dinilai terhadap objek lainnya yang bersumber kepada kriteria yang sama. Sedangkan kriteria bersifat mutlak mengambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Keputusan merupakan hasil pertimbangan atau perbandingan antara objek yang dinilai berdasarkan hasil pengukuran terhadap objek tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Keputusan hasil evaluasi ini bersifat kualitatif. Evaluasi pembelajaran harus memenuhi persyaratan teknis yang memadai agar informasi yang diperoleh benar-benar akurat, sehingga keputusan-keputusan yang diambil berdasarkan data itu sangat tepat.
Menurut fungsinya evaluasi dibedakan menjadi 4 jenis:
1.        Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif menekankan pada upaya perbaikan proses pembelajaran
2.        Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumartif lebih menekankan kepada penetapan tingkat keberhasilan belajar setiap siswa yang dijadikan dasar dalam penentuan nilai, dan kenaikan dan kelulusan siwa
3.        Evaluasi Diagnostik
Evaluasi diagnostik menekan pada upaya memahami pada kesulitan siswa dalam belajar
4.        Evaluasi Penempatan
Evaluasi penempatan menekankan pada upaya untuk menyelaraskan antara program dan proses pembelajaranb dengan karakteristik kemampuan siswa.

Menurut caranya, evaluasi dibedakan menjadi 2 jenis :
1.        Evaluasi Kuantatif
2.        Evaluasi Kualitatif
Evaluasi kualitatif biasanya lebih bersifat subjektif dibandingkan evaluasi kuantitatif. Penilaian kuantitatif biasanya dinyatakan dalam bentuk angka-angka, sedangkan evaluasi kualitatif dinyatakan dengan ungkapan seperti “sangat baik, baik, cukup, kurang, sangat kurang” . evaluasi kuantitatif biasanya dilakukan apabila guru ingin memberikan nilai akhir terhadap hasil belajar siswanya. Sedangkan evaluasi kualitatif dilakukan apabila guru ingin memperbaiki hasil belajar siswanya.
Berdasarkan tekniknya, evaluasi dibedakan menjadi 2:
1.        Tes
2.        Nontes
Teknis tes dapat dibedakan menurut meteri yang akan dinilai, bentuk, dan caranya. Menurut materi yang dinilai dibedakan tes hasil belajar, tes bakat khusus, tes minat, dan tes kepribadian. Menurut bentuknya dibedakan tes uraian dan tes objektif. Menurut caranya dibedakan tes tulisan, tes lisan, dan tes tindakan. Teknik nontes biasanya digunakan untuk menilai proses pembelajaran. Alat-alat khusus untuk meleksanakan teknik nontes ini dapat dilakukan melalui pengamatan, wawancara, angket, hasil karya/laporan, karangan, skala sikap. Berdasarkan kriteria yang digunakan dibedakan kedalam evaluasi berdasrkan acuan patokan (PAP) dan evaluasi berdasarkan acuab norma (PAN).

Evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan agar guru mengenal siswa selengkap mungkin dan agar siswa mengenal dirinya seutuhnya. Disamping itu, evaluasi jugak berguna untuk mempertinggi hasil pengajaran, karena itu evaluasi tidak bisa dipisahkan dari belajar dan mengajar, dan intinya adalah evaluasi belajar dengan tujuan untuk memperbaikinya. Evaluasi harus dilakukan oleh semua yang bersangkutan, bukan hanya guru tapi juga siswa sendiri, evaluasi harus ditinjau dari keseluruhan.
Berdasarkan hasil evaluasi, guru dapat mengetahui sampai dimana penguasaan bahan pelajaran atau kecakapan masing-masing siswa. Selain itu, evaluasi juga dapat digunakan guru sebagai alat untuk memperbesar motivasi belajar siswa, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Evaluasi dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam mengambil keputusan-keputusan yang efektis dalam pembelajaran.
Tujuan pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat dilihat dari perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik.
 
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan evaluasi pembelajaran
a.       Jenis dan karakteristik kompetensi dan tujuan pembelajaran yang dikembangkan
b.      Pengambilan sampel prilaku yang akan diukur
c.       Pemilihan jenis dan tipe alat evaluasi yang akan digunakan
d.      Aspek yang akan diuji
e.       Format butir saol
f.       Jumlah butir soal
g.      Distribusi tingkat kesukaran butir soal
Kemudian dalam menentukan bentuk alat evaluasi mana yang akan digunakan, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a.       Karakteristik kompetensi dan mata pelajaran yang akan diujikan.
b.      Tujuan khusus pembelajaran yang harus dicapai siswa.
c.       Tipe informasi yang dibutuhkan dari tujuan evaluasi.
d.      Usia dan tingkat perkembangan mental siswa yang akan mengikuti tes
e.       Besarnya kelompok siswa yang akan mengikuti tes

-          Menentukan tujuan evaluasi
Tujuan ini akan menentukan jenis dan karakter dari alat evaluasi yang akan dikembangkan. Ada empat kemungkinan tujuan dilakukannya kegiatan evaluasi, yaitu :
a.         Evaluasi dengan tujuan untuk memperbaiki kerja atau proses pembelajaran
b.        Evaluasi dengan tujuan untuk menentukan keberhasilan yang dicapai oleh siswa
c.         Evaluasi dengan tujuan untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajari suatu pelajaran
-          Mengidentifikasi kompetensi yang akan diukur
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Seorang siswa dikatakan kompeten apabila ia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk melakukan suatu setelah melalui proses pembelajaran, yanng secara sistematis dipola atau dikondisikan
-          Membuat kisi-kisi
Penyusunan kisi-kisi alat evaluasi ini dapat dilakukan bersama-sama diantara beberapa orang guru mata pelajaran sejenis,atau beberapa orang guru dari berbagai matapelajaran, khususnya untuk mengukur ketercapaian kompetensi lintas matapelajaran dan kompetensi lulusan.
-          Menulis alat evaluasi sesuai dengan kisi-kisi.
Sangat erat kaitannya dengan tujuan evaluasi tersebut. Hasil penilain ini sangat berguna terutama sebagai bahan perbaikan program pengajaran, melihat tingkat ketercapaian kurikulum.



   




BAB 3

PENUTUP


1.      Kriteria Penggunaan Strategi Pembelajaran dan Metode PembelajaranProses belajar mengajar yang baik harus memiliki dan memenuhi sejumlah kriteria, antara lain:
·      Memiliki tingkat relvansi epistemologis yang tinggi.
·      Memiliki tingkat relevansi psikologis.
·      Memiliki tingkat relevansi sosiologis. Kriteria ini dilihat dari segi kesempatan peserta didik menghayati nilai-nilai sosial.
·      Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara optimal.
·      Memiliki tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi.
2.      Media Pembelajaran
Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belaja mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
3.      Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi adalah penilaiam secara terus menurus untuk mendapatkan informasi yang meliputi siswa, guru, program pendidikan, dan proses belajar mengajar untuk mengetahui tingkat perubahan siswa selama proses belajar mengajar serta keputusan tentang gambaran siswa dan evektifitas program.
Sebaiknya guru dapat memilih strategi pembelajaran dan metode yang tepat untuk menunjang proses belajar mengajar yang baik.



DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2010. Media pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suyono dan Haryanto. 2015. Implementasi Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pebalajaran. 2012. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.