BAB 1
PENDAHULUAN
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif yang mewarnai
interaksi antara guru dan anak didik. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan
pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna
kepentingan pengajaran. Namun, selama kegiatan pengajaran guru sering menjumpai
kesulitan bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh
anak didik secara tuntas. Hal ini dikarenakan anak didik sebagai makhluk sosial
dengan latar belakang yang berlainan yang melahirkan bervariasinya sikap dan
tingkah laku anak didik di sekolah. Akibatnya, tujuan pengajaran pun sukar
dicapai.
Pengelolaan kelas memerlukan media sumber belajar untuk menunjang kegiatan
belajar mengajar di kelas. Keefektifan daya serap anak didik terhadap bahan
pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Metode
pembelajaran juga mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar
mengajar. Metode pembelajaran yang baik
akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran
pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Dengan tercapainya
tujuan pembelajaran, dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar.
Keberhasilan mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi
seperangkat item soal yang sesuai denngan rumusan beberapa tujuan pembelajaran.
1.
Bagaimana
kriteria penggunaan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran?
2.
Apa
yang dimaksud dengan media pembelajaran?
3.
Apa
yang dimaksud dengan evaluasi pembelajaran?
1.
Untuk
mengetahui kriteria penggunaan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran
2.
Untuk
mengetahui media pembelajaran
3.
Untuk
mengetahui evaluasi pembelajaran
BAB 2
PEMBAHASAN
Proses belajar mengajar yang baik
harus memiliki dan memenuhi sejumlah kriteria, antara lain:
a.
Memiliki
tingkat relvansi epistemologis yang tinggi, artinya proses belajar yang
dilakukan peserta didik relevan dengan hakikat ilmu yang sedang dipelajari
peserta didik.
b.
Memiliki
tingkat relevansi psikologis. Dalam hal ini ilmu dipandang sebagai alat
berfikir. Makin tinggi kadar berfikir
siswa didalam kagiatan belajar, makin berkualitas proses belajar mengajar
tersebut.
c.
Memiliki
tingkat relevansi sosiologis. Kriteria ini dilihat dari segi kesempatan peserta
didik menghayati nilai-nilai sosial. Di dalam proses belajar mengajar yang
memberi kesempatan kepada peserta didik menghayati nilai-nilai sosial, seperti:
saling menghargai pendapat, bekerja sama, dan sejenisnya, maka dilihat dari
kriteria ini proses tersebut cukup baik.
d.
Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara optimal. Proses
belajar mengajar yang terlalu didominasi oleh guru dinilai tidak baik.
e.
Memiliki
tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi. Hal ini dilihat dari tingkat
pencapaian tujuan yang optimal dan komprehensif serta denga sumber daya yang
relatif hemat.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2010:5) Secara umum strategi mempunyai
suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajarr untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi
hal-hal berikut:
a.
Mengidentifikasi
serta menetapkan spesifiksi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
b.
Memilih
sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
c.
Memilih
dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam
menunaikan kegiatan mengajarnya.
d.
Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan
atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh
guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya
akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas tergambar bahwa
ada empat masalah pokok yang sangat
penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Pertama, spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana
diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Disini terlihat
apa yang terjadi sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang
dituju harus jelas dan terarah. Oleh
karena itu, tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkret, sehingga
mudah dipahami oleh anak didik.
Kedua, memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling
tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang sesuatu
persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang guru gunakan dalam memecahkan
suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya. Satu masalah yang dipelajari oleh dua
orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan
yang tidak sama.
Ketiga, memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar
mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian
untuk memotivikasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan
pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya
anak didik terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk
mengemukakan pendapatnya sendiri.
Keempat, menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru
mempunyai pengangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai sampai sejauh
mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya. Suatu program baru bisa
diketahui keberhaasilannya, setelah
dilakukan evaluasi. Sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan
salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar yang lain.
(Syaiful Bahri Djamarah, 2010:46) Metode adalah cara yang
dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan
belajar mengajar, metode diperlukan oleh oleh guru dan penggunaanya bervariasi
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran yang berakhir.
Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak mengasai
satu pun metode mengajar yang dirrumuskan dan dikemukakan pada ahli psikologi
dan pendidikan.
Prof. Dr. Winarno surakhmad, M. Sc. Ed., mengemukakan lima macam
faktor yang mempengaruhi penggunaan metode mengajar sebagai berikut.
a.
Tujuan
yang berbagai-bagai jenis dan fungsinya.
b.
Anak
didik yang berbagai-bagai tingkat kematangannya.
c.
Situasi
yang berbagai-bagai keadaannya .
d.
Fasilitas
yang berbagai-bagai kuallitas dan kuantitasnya..
e.
Pribadi
guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
Dalam praktik pelaksanaan metode pembelajaran yang berpusat kepada
guru, untuk mengurangikesan otoritas guru, patut diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1.
Pada
tahap persiapan, sebelum pembelajaran dimulai perlu dikondisikan oleh guru
untuk
a.
Menciptakan
lingkungan pembelajaran yang nyaman, yang tidak ada kesan yang mengungkung
siswa.
b.
Mempersiapkan
peluangkan untuk berlangsungnya pembelajaran aktif, guru tidak terkesan terlalu
mendominasi.
c.
Akomodasikan
adanya gaya belajar yang berbeda-beda.
2.
Pada
saat berlangsungnya pembelajaran, perlu dilakukan oleh guru utuk berupaya
a.
Selalu
berinteraksi dengan para siswa.
b.
Menunjukkan
minat yang besar kepada subjek pembelajaran.
c.
Menyampaikan
kepada siswa secara jelas apa tujuan pembelajaran, pokok bahasan apa yang akan
dibahas dan apa kaitannya dengan seluruh materi bidang studi.
d.
Menunjukkan
penghargaan kepada, minat yang besar kepada, semua gagasan dan pertanyaan
siswa.
3.
Pada
akhir pembelajaran jangan lupa melakukan refleksi.
Berbagai metode tentang yang dapat diterapkan
dalam berbagai jenis bidang studi dan berbagai situasi pembelajaran. Berbagai
metode itu antara lain adalah sebagai berikut:
Metode ceramah
adalah metode yang dilakukan dengan pemberian informasi secara lisan/verbal
dari seseorang pembicara didepan sekelompok pengunjung. Dalam pembelajaran
tentu saja pembicara disini adalah seorang guru, sedangkan pengunjungnya adalah
peserta didik. Bisanya metode ceramah diterapkan jika tujuan pokok pembelajaran
memang memberikan infomasi. Metode ceramah akan efektif bila peserta didik
sudah termotivikasi, oleh sebab itu guru harus membuat semacam prokondisi agar
siswa duduk tenang dahulu sebelum ceramah berlangsung.
Metode ceramah
juga akan efektif bila guru ingin menambah atau memberi pemekanan terhadap
materi yang sudah dipelajari dengan menggunakan metode yang lain. Metode
ceramah juga amat efektif pada saat guru melaksanakan apersepsi pada pembukaan
pembelajaran atau melaksanakan refleksi pada akhir pembelajaran. Tersirat pada
penjelasaan itu bahwa metode ceramah akan efektif apabila durasi ceramah tidak
terlalu panjang misal antara 10-15 menit saja, hal ini terkait dengan kemampuan
mengingat para pendengar ceramah.
Hal-hal yang
perlu diperhatikan oleh guru dalam pelaksaan metode ceramah, sebagai berikut:
1.
Persiapkan
pembelajaran sehingga dapat berangsung ceramah yang lancar dan baik.
2.
Selidiki
apakah metode ceramah merupakan metode yang dapat disituasi pembelajaran
tersebut, baik materinya, maupun pendenngarnya dan sebagainya.
3.
Persiakan
catatan kecil tentag materi apa saja yang akan diceramahkan.
4.
Saat
ceramah berlangsung berbicara dengan jelas dan runtut, jangan seperti orang
yang sedang berpidato, tetap berusaha berkeliling kelas, dan atur sikap tubuh
sedemikian rupa agar memperoleh perrhatian murid.
5.
Bila
mengajukan pertanyaaan jangan takut jika kelas menjadi hening, ini menunjukan
perhatian siswa.
Gordon Pask
(dalam Suyono dan Hariyanto, 2015: 97 ) dalam publikasinya berjudul Conversation
Theory, Application in Education and Epitemology, menyakan bahwa melalui
interaksi percakapan termasuk tentu saja tanya jawab antara guru dengan murid,
antara dosen dengan mahasiswa, akan terjadi kontruksi pengetahuan atau proses
untuk tahu (knowing). Teori
percakapan dari Pask inilah yang kemudian mengembangkan teori pembelajaran
sibernetika. Pask adalah seorang konstruktivis.
Berikut adalah
hal-hal yang terkait dengan asking question better, tersebut.
a.
Strategi
umum dalam bertanya:
-
Bila
merencanakan pelaksanaan mettode tanya jawab selalu ingatlah apa pun tujuan
pembelajaran.
-
Agar
tidak mengecewakan siswa, beri kesempatan untuk menjawab dengan pikiran siswa
sendiri, guru jangan memberi peeertanyaan yang jawabannya merupakan jawaban
guru sendiri.
-
Jika
terpaksa memberi pertanyaan yang jawabannya benar atau salah, tindak lanjuti
dengan pertanyaan tambahan.
-
Buatlah
pertanyaan yang jelas, langsung dan spesifik.
-
Jangan
bertanya lebih dari satu pertanyaan pada saat yang sama.
-
Saat
merancang ppenerapan metode tanya jawab buatlah catatan tentang kapan akan
berhenti menerangkan, untuk bertanya atau akann menjawan pertanyaan siswa.
-
Dalam
satu sesi pembelajaran buatlah pertanyaan yang merupakan campuran antara
pertanyaan tertutup (closed question) yang jawabannya tertentu dan
pasti, dengan pertanyaan terbuka (opened question).
b.
Menanggapi
secara efektif
-
Berilah
siswa kesempatan untuk berpikir dan meruumuskan jawabannya.
-
Jangan
menyela jawaban siswa.
-
Tunjukkan
bahwa anda berminat terhadap jawaban siswa, baik itu benar atau salah.
-
Kembangkann
suatu tanggapan demi menjaga agar siswa selalu berpikir.
-
Jika
siswa menjawab salah, jelaskanlah dimana letak kesalahannya, selanjutnya
tanyakan pertanyaan lanjutan kepada siswa (mungkin tidak satu pertanyaan,
tetapi serangkaian pertanyaan) yang dapat memandu siswa untuk memperoleh
jawaban yang benar.
Demonstrasi
adalah suatu kegiatan mempertunjukkan jalannya suatu proses, reaksi atau cara
bekerjaanya suatu alat oleh seorang demonstrator dihadapan suatu khalayak.
Hal-hal penting
yang harus dilakukan guru sebelum dilaksanakan metode demonstrasi antara lain
adalah sebagaai berikut:
1.
Rumuskan
dengan jelas tujuan pembelajaaran, kompetensi dasar apa yang harus dikuasai
oleh siswa setelah demonstrasi langsung.
2.
Mempertimbangkan
relevansi metode demonstrasi dengan bahan ajar, kelayakannya, keefektifannya,
dan lain sebagainnya.
3.
Apakah
jumlah siswa tidak terlalu besar, sehingga akibatnya tidak memungkinkan semua
siswa terlihat seluruh proses kegiatan demonstrasi.
4.
Apakah
alat-alat yang diperlukan untuk demonstrasi cukup tersedia, catu daya listrik
jugaa selalu siap.
5.
Menetapkan
garis-garis besar prosedur demonstrasi, guru selayaknya mencoba dulu sebelum
melaksanakan atau tidak.
6.
Memperhitungkan
waktu yang diperlukan, mulai dari persiapan, pelaksanaan sampai akhir
demonstrasi.
7.
Siswa
diminta untuk mencatat hal-hal yang relevan dengan tujuan demonstrasi dengan
baik.
8.
Selama
demonstrasi amatilah apakah semua proses demonstrasi dapat dilihat oleh para
siswa dengan baik, keterangan-keterangan yang dilakukan untuk menjelaskan,
dapat diterima siswa dengan baik.
9.
Menetapkan
rencana untuk menindaklanjuti kegiatan demonstrasi, setelah penilaian terhadap hasil
peneraapan metode.
Metode ini
tidak pernah berdiri sendiri, dilaksanakan disekolah, dan tempat dilaksanakan
didalam kelas atau diperpustakaan. Biasanya dilaksanakaan pada awal
pembelajaran sebelum dilanjukkan dengan implementasi metode ini, misalnya
ceramah, tanya jawab, diskusi, atau bahkan mungkin demonstrasi atau ekperimen.
Pelaksanaannya,
guru mula-mula menugasi siswa untuk membaca suatu wacana atau suatu prosedur
langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanaakan guru, petunjuk atau suatu
proses untuk melakukan suatu pratikum dilaboraturium dalam kaitan ekperimentasi
oleh siswa. mengingat peenerappan metode ini secara keseluruhan memerlukan waktu,
hendaknya jangan diterapkan dalam jam pelajaran tersedia pendek.
Metode karyawisata disebut pula metode widyawisata, metode studi
ekskursi, seperti terungkap pada namanya menggabungkan antara kegiatan studi
dan rekreasi, tamasya. Manfaat dari meetode ini adalah para pembelajar
memperoleh pengalaman langsung dengan melihat langsung berbagai proses,
fenomena yang terjadi di lokasi studi.
Agar tujuan pembelajaran dapat tercapat dan kepergian keluar kota tidak
sia-sia ada sejumlah hal yang harus dipersiapkan ooleh guru, antara lain:
1.
Rumuskan
tujuan pembelajaran bersama siswa.
2.
Kontak
terlebih dahulu apakah tempat tujuan yang akan dikunjungi sudah benar-benar
siap menerima, sehingga mereka telaahmenyiapkan pembimbing dan sebagainya.
3.
Ada
kaitan antara tempat yang akan dikkunjungi dan materi pembelajaran sebelumnya.
4.
Untuk
memudahkan siswa dalam membuat laporan dan agar lebih fokus, atur siswa dalam
kelompok-kelompok sesuai dengan berbagai aspek sasaran yang akkan dikunjungi.
5.
Buatlah
ikhtisar atau ringkasan pokok-pokok materi yang akan dikunjungi, bagikan kepada
siswa untuk dipelajarai dan didiskusikan bersama, sehingga mereka lebih siap
saat kunjungan.
6.
Menugasi
siswa agar catatan-catatan tentang proses-preses esensial atau produk utama
dari perusahaan/objek yang dikunjungi.
7.
Membuat
rancangan penilaian hasil karyawisata untuk bahan membuat laporan yang antara
lain meliputi:
§ Laporan sementara tentang apa-apa yang dilihat dan didengar.
§ Melakukan penafsiran, penilaian dan analisis terhadap hasil
pertemuan lapangan.
§ Membuat rangkuama pengalaman-pengalaman kelompok.
§ Menyusun saran-saran tindak lanjut.
Metode ini pada hakikatnya juga tidak pernah berdiri sendiri.
Seringkali digabungkan dengan metode ceramah, terkadang dengan metode tanya
jawab, atau media diskusi. Dalam hal ini disamping harus tersedia notebook
(laptop) dan LCD, pada daerah tertentu yang jauh dari kota besar masih
digunakan plastik transparan dan OHP, sekarang sudah amat jarang, dan
tentu saja catu daya listrik. Paparan biasanya dipresentrasikan denga aplikasi
program power point. Jadi guru harus menguuasai program ini disamping
program word.
Implementasi metode ini juga tidak pernah berdiri sendiri. Biasanya
dilaksanakan pada pertengahan guru mengajar. Dapat diawali dengan metode
ceramah untuk menekankan butir-butir penting dan apersepsi kepada siswa, atau
tanya jawab yang membimbing dan mengaarahkan siswa kearah materi yag akan
dilatih. Misalnya untuk sekolah dasar latihan dalam aritmatika tingkat dasar
seperti menambah, menjumlahkan, mengurangi, mengalikan dan membagi.
Kata media
berasal dari bahasa Latin medius yang
secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Gerlach &
Ely (dalam Azhar Arsyad, M.A., 2010: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian
ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih
khusus, pengertian media dalam proses belaja mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Dalam kegiatan
belajar mengajar, sering pula pemakaian kata media pembelajaran digantikan
dengan istilah-istilah seperti alat pandang dengar, bahan pengajaran (instructional material), komunikasi
pandang-dengar (audio-vissual), pendidikan
alat peraga pandang (visual education), teknologi
pendidikan (educational technology),
alat peraga dan media penjelas.
Berdasarkan
uraian beberapa batasan tentang media di atas, berikut dikemukakan ciri-ciri
umum yang terkandung pada setiap batasan itu.
1.
Media
pendidikan memiliki pengertian fisik yang dikenal sebagai perangkat keras yaitu
sebagai benda ayang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan panca indera.
2.
Media
pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai perangkat lunak,
yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakann isi
yang ingin disampaikan kepada siswa.
3.
Penekanan
media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4.
Media
pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam
maupun di luar kelas.
5.
Media
pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dan siswa dalam
proses pembelajaran
6.
Media
pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya: radio, televisi), kelompok
besar dan kelompok kecil (misalnya: modul komputer, radio tape/ kaset, video
recorder).
7.
Sikap,
perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan dengan
penerapan ilmu.
Dalam perkembangannya media pembelajaran mengikuti perkembangan
teknologi. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam proses belajar
adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian muncul
teknologi audio-visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk
tujuan pembelajaran. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, media
pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu (1) media hasil
teknologi cetak, (2) media hasil teknologi audio-visual, (3) media hasil
teknologi yang berdasarkan komputer, dan (4) media hasil gabungan teknologi
cetak dan komputer.
1.
Teknologi
cetak adalah cara untuk menghasilkan atau menyampaikan materi, seperti buku dan
materi visual statis terutama melalui proses percetakan mekanis atau
fotografis. Kelompok hasil teknologi cetak meliputi teks, grrafik, foto atau
representasi fotografik dan reproduksi. Teknologi cetak memiliki ciri-ciri
berikut:
a.
teks
dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan ruang;
b.
baik
teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan reseptif;
c.
teks
dan visual ditampilkan statis (diam);
d.
pengembangannya
sangat tergantung kepada prinsip-prinsip kebahasaan dan persepsi visual;
e.
baik
teks maupun visual berpusat pada siswa;
f.
informasi
dapat diatur kembali atau ditata uang oleh pemakai.
2.
Teknologi
audio-visual adalah cara menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin
mekanis dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio-visual. Pengajaran
melalui audio-visual bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar
seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual yang lebar.
Ciri-ciri utama teknologi media audio-visual adalah sebagai berikut:
a.
Bersifat
linear;
b.
dapat
menyajikan visual yag dinamis;
c.
representasi
fisik dari gagasan nyata atau abstrak;
d.
dikembangkan
menurut prinsip psikologis behaviorisme
dan kognitif;
e.
umumnya
berpusat kepada guru dengan tingkat interaktif murid yang rendah.
3.
Teknologi
berbasis komputer adalah cara menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-sumber
yang berbasis mikro-prosesor. Pada dasarnya teknologi berbasis komputer
menggunakan layar kaca untuk menyajikan informasi kepada siswa. Beberapa ciri
media yang dihasilkan teknologi berbasis kompyter (baik perangkat keras maupun
perangkat lunak) adalah sebagai berikut:
a.
Dapat
digunakan secara acak, non-sekuensial, atau secara linear;
b.
dapat
digunakan berdasarkan keinginan siswa sebagaimana direncanakannya;
c.
gagasan-gasan
disajikan dalam gaya abstrak dengan kata, simbol, dan grafik;
d.
pembelajaran
dapat berpusat pada siswa dan melibatkan interaktivitas siswa yang tinggi.
4.
Tekonologi
gabungan adalah cara menyampaikan materi yang menggabungkan pemakaian beberapa
bentuk media yang dikendalikan oleh komputer. Beberapa ciri utama teknologi
berbasis komputer adalah sebagai berikut:
a.
Dapat
digunakan secara acak, secara non-sekuensial, secara linear;
b.
dapat
digunakan sesuai dengan keinginan siswa bukan saja dengan cara yang
direncanakan dan diinginkan oleh perancangnya;
c.
gagasan-gagasan
disajikan secara realistis dalam konteks pengalaman siswa, menurut apa yang
relevan dengan siswa, dan di bawah pengendalian siswa;
d.
prinsip
ilmu kognitif dan konstruktivitas diterapkan dalam pengembangan dan penggunaan
pembelajaran;
e.
pembelajaran
ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga pengetahuan dikuasai jika
pelajaran digunakan;
f.
bahan
pembelajaran banyak melibatkan interaktivitas siswa;
g.
bahan-bahan
pelajaran memadukan kata dan visual dari berbagai sumber.
Kemp
& Dayton (dalam Azhar Arsyad, M.A., 2010: 37) mengelompokkan media dalam
delapan jenis yaitu sebagai berikut:
1.
Media
cetakan
Media
cetakan meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan
informasi. Di samping buku teks atau buku ajar, termasuk pula lembaran penuntun
berisi gambar atau foto di samping teks penjelasan, penuntun belajar, penuntun
instruktur serta brosur dan newsletter.
Kelebihan media cetakan ini, yaitu materi pelajaran dapat dirancang sedemikian
rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan siswa, baik yang cepat msupun yang
lamban membaca dan memahami. Namun, pada akhirnya semua siswa diharapkan dapat
menguasai materi pelajaran itu. Sedangkan keterbatasan media cetakan ini, yaitu
sulit menampilkan gerakan dalam halaman media cetakan serta biaya percetakan akan
mahal apabila ingin menampilkan ilustrasi, gambar, atau foto yang
berwarna-warni.
2.
Media
pajang
Media
pajang pada umumnya digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi di depan
kelompok kecil. Media ini meliputi papan tulis, flip chart, papan magnet, papan kain, papan buletin dan pameran.
Kelebihan dari media pajang ini, yaitu pemakai dapat secara fleksibel membuat
perubahan-perubahan selama penyajian materi berlangsung. Sedang keterbatasan
dari media pajang ini, yaitu pada saat guru menulis di papan, guuru
membelakangi siswa dan jika ini berlangsung lama tentu akan mengganggu suasan
dan pengelolaan kelas.
3.
Proyektor
Transparansi (OHP)
Transparansi
yang diproyeksikan adalah visual baik berupa huruf, lambang, gambar, grafik
atau gabungannya pada lembaran bahan tembus pandang atau plastik yang
dipersiapkan untuk diproyeksikan ke sebuah layar atau dinding melalui sebuah
proyektor. Kelebihan dari OHP ini yaitu
pantulan proyeksi gambar dapat terlihat jelas pada ruangan yang terang (tidak
perlu pada ruangan yang gelap) sehingga guru dan murid dapat saling melihat,
serta guru selalu bertatap muka dengan siswa karena OHP dapat diletakkan di
depan kelas. Sedangkan keterbatasan dari OHP ini, yaitu listrik pada ruang atau
lokasi penyajian harus tersedia, harus memiliki teknik khusus untuk pengaturan
urutan baik dalam hal penyajian maupun penyimpanan.
4.
Rekaman
Audio-Tape
Pesan
dan isi pelajaran dapat direkam pada tape magnetik sehingga hasil rekaman itu
dapat diputar kembali pada saat diinginkan. Pesan dan isi pelajara itu
dimaksudkan untuk merangsang pikiran, perasaaan, perhatian, dan kemauan siswa
sebagai upaya mendukung terjadinya proses belajar. Kelebihan dari rekaman
audio-tape ini, yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan
diri sendiri sebagai alat diagnosis guna membantu meningkatkan keterampilan
mengucapkan, membaca, mengaji atau berpidato. Sedangkan keterbatasan dari
rekaman audio-tape ini, yaitu sulit menentukan lokasi suatu pesan atau
informasi. Jika pesan atau informasi berada di tengah-tengah pita, maka akan
memakan waktu lama untuk menemukannya, apalagi jika tape tidak memilik
angka-angka penuntun putaran pitanya.
5.
Film
dan Video
Film
atau gambar hidup merupakan gambar-gambar dalam frame dimana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa
proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar itu hidup.
Kelebihan dari media film dan video ini, yaitu dapat melengkapi
pengalaman-pengalaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi,
berpraktik dan lain-lain. Film dan video dapat menunjukkan objek yang secara
normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika berdenyut.
Sedangkan keterbatasan dari media film dan video ini, yaitu pada saat film
dipertunjukkan, gambar-gambaR bergerak terus sehingga tidak semua siswa mampu
mengikuti informasi yang ingin disampaikan melalui film tersebut.
Dalam
suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amt penting adalah metode
mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan
salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran
yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memilih media.
Meskipum demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media
pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim,
kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Levie & Lentz (dalam Azhar Arsyad, M.A., 2010: 16) megemukakan
empat fungsi pembelajaran, khususnya media visual, yaitu sebagai berikut:
1.
Fungsi
Atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan
mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang
berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran.
2.
Fungsi
Afektif
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang menyangkut
masalah sosial atau ras.
3.
Fungsi
Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian
yang mengungkapkan bahwa lambang visual
atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat
informasi atau pesa yang terkandung dalam gambar.
4.
Fungsi
kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yaang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam
teks dan mengingatnya kembali.
(Azhar Arsyad, M.A., 2010: 25) menyimpulkan
manfaat dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengjar
sebagai berikut:
1.
Media
pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar
dan meningkatkan proses dan hasil belajar.
2.
Media
pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat
menimbulkan motivasi belajar, interaksi
yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk
belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
3.
Media
pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu:
a.
Objek
atau benda yang terlaalu besaruntuk ditampilkan langsung diruang kelas dapat
degamti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio atau model.
b.
Objek
atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak
oleh indera dapat disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau
gambar.
c.
Kejadian
langka yang terjadi dimasa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan
melalui rekaman video, film, foto. Slide disamping secara verbal.
d.
Objek
atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilakan secara
konkret melalui film, gambar, slide atau simulasi komputer.
e.
Kejadian
atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti
komputer, film, dan video.
f.
Peristiwa
alam seperti kejadiannya letusan gunung berapi atau proses dalam kenyataan
memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan
dengann teknik-teknik rekaman seperti time-lapse
untuk film,video, slide, atau simulasi komputer.
4.
Media
pembelajaraan dapat diberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang
peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta kemungkinan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkuannya misalnnya melalui
karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.
Ada
tiga hal yang saling berkaitan dalam kegiatan evaluasi pembelajaran yaitu
evaluasi, pengukuran, dan tes. Ketiga istilah itusering disalahartikan sehingga
tidak jelas makna dan kedudukannya. Gronlund (dalam Tim Pengembang MKDP
Kurikulum dan Pembelajaran) mengemukakan evaluasi adalah suatu proses yang
sistematis dari pengumpulan, analisis, dan interpretasi informasi/data untuk
menentukan sejauh mana siswa mencapai tujuan pembelajaran. Kemudian pengukuran
adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran berupa angka-angka mengenai
tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh individu(siswa). Sedangkan tes
adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk mengukur suatu sampel
prilaku.
Sejalan
dengan pendapat diatas, Hopkins dan Antes mengemukakan evaluasi adalah
pemeriksaan secara terus menurus untuk mendapatkan informasi yang meliputi siwa,
guru, program pendidikan, dan proses belajar mengajar untuk mengetahui tingkat
perubahan siswa dan ketepatan keputusan tentang gambaran siswa dan evektifitas
program. Sedangkan pengukuran adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran
berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri
(attribute) mengenai suatu objek, orang atau pristiwa.
Berdasarkan
kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat
komprehensif yang didalamnya meliputi pengukuran. Sedangkan tes merupakan salah
satu alat atau bentuk dari pengukuran. Pengukuran lebih membatasi kepada
gambaran yang bersifat kuantitatif (berupa amgka-angka) mengenai kemajuan
belajar siswa (learning progress), sedangkan evaluasi bersifat kualitatif.
Disamping itu, evaluasi pada hakikatnya merupakan suatu proses membuat
keputusan tentang nilai suatu objek.
Unsur pokok
dalam evaluasi pembelaran adalah:
1.
Objek
yang akan di evaluasi
2.
Kriteria
sebagai pembanding
3.
Keputusan(judgement)
Objek
evaluasi dalam pembelajaran meliputi isi program pembelajaran, tingkat efisensi
dan efektifitas pelaksanaan program, dan tingkat keberhasilan program
pembelajaran (out put program). Kemudia kriteria sebagai pembanding meliputi
kriteria internal (relatif) dan kriteria eksternal (mutlak/absolut). Kriteria
yang bersifat relatif mengambarkan posisi objek yang dinilai terhadap objek
lainnya yang bersumber kepada kriteria yang sama. Sedangkan kriteria bersifat
mutlak mengambarkan posisi objek yang dinilai ditinjau dari kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya.
Keputusan
merupakan hasil pertimbangan atau perbandingan antara objek yang dinilai
berdasarkan hasil pengukuran terhadap objek tersebut dengan kriteria yang telah
ditentukan sebelumnya. Keputusan hasil evaluasi ini bersifat kualitatif.
Evaluasi pembelajaran harus memenuhi persyaratan teknis yang memadai agar
informasi yang diperoleh benar-benar akurat, sehingga keputusan-keputusan yang
diambil berdasarkan data itu sangat tepat.
Menurut
fungsinya evaluasi dibedakan menjadi 4 jenis:
1.
Evaluasi
Formatif
Evaluasi
formatif menekankan pada upaya perbaikan proses pembelajaran
2.
Evaluasi
Sumatif
Evaluasi
sumartif lebih menekankan kepada penetapan tingkat keberhasilan belajar setiap
siswa yang dijadikan dasar dalam penentuan nilai, dan kenaikan dan kelulusan
siwa
3.
Evaluasi
Diagnostik
Evaluasi
diagnostik menekan pada upaya memahami pada kesulitan siswa dalam belajar
4.
Evaluasi
Penempatan
Evaluasi
penempatan menekankan pada upaya untuk menyelaraskan antara program dan proses pembelajaranb
dengan karakteristik kemampuan siswa.
Menurut caranya, evaluasi dibedakan menjadi 2 jenis :
1.
Evaluasi
Kuantatif
2.
Evaluasi
Kualitatif
Evaluasi
kualitatif biasanya lebih bersifat subjektif dibandingkan evaluasi kuantitatif.
Penilaian kuantitatif biasanya dinyatakan dalam bentuk angka-angka, sedangkan
evaluasi kualitatif dinyatakan dengan ungkapan seperti “sangat baik, baik,
cukup, kurang, sangat kurang” . evaluasi kuantitatif biasanya dilakukan apabila
guru ingin memberikan nilai akhir terhadap hasil belajar siswanya. Sedangkan
evaluasi kualitatif dilakukan apabila guru ingin memperbaiki hasil belajar
siswanya.
Berdasarkan
tekniknya, evaluasi dibedakan menjadi 2:
1.
Tes
2.
Nontes
Teknis tes
dapat dibedakan menurut meteri yang akan dinilai, bentuk, dan caranya. Menurut
materi yang dinilai dibedakan tes hasil belajar, tes bakat khusus, tes minat,
dan tes kepribadian. Menurut bentuknya dibedakan tes uraian dan tes objektif.
Menurut caranya dibedakan tes tulisan, tes lisan, dan tes tindakan. Teknik
nontes biasanya digunakan untuk menilai proses pembelajaran. Alat-alat khusus
untuk meleksanakan teknik nontes ini dapat dilakukan melalui pengamatan,
wawancara, angket, hasil karya/laporan, karangan, skala sikap. Berdasarkan
kriteria yang digunakan dibedakan kedalam evaluasi berdasrkan acuan patokan
(PAP) dan evaluasi berdasarkan acuab norma (PAN).
Evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan agar guru
mengenal siswa selengkap mungkin dan agar siswa mengenal dirinya seutuhnya.
Disamping itu, evaluasi jugak berguna untuk mempertinggi hasil pengajaran,
karena itu evaluasi tidak bisa dipisahkan dari belajar dan mengajar, dan
intinya adalah evaluasi belajar dengan tujuan untuk memperbaikinya. Evaluasi
harus dilakukan oleh semua yang bersangkutan, bukan hanya guru tapi juga siswa
sendiri, evaluasi harus ditinjau dari keseluruhan.
Berdasarkan hasil evaluasi, guru dapat mengetahui sampai dimana
penguasaan bahan pelajaran atau kecakapan masing-masing siswa. Selain itu,
evaluasi juga dapat digunakan guru sebagai alat untuk memperbesar motivasi
belajar siswa, sehingga dapat mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi.
Evaluasi dalam pembelajaran dapat membantu guru dalam mengambil
keputusan-keputusan yang efektis dalam pembelajaran.
Tujuan
pokok evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas proses belajar
mengajar yang telah dilaksanakan. Indikator keefektifan itu dapat dilihat dari
perubahan tingkah laku yang terjadi pada peserta didik.
Beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan evaluasi pembelajaran
a.
Jenis
dan karakteristik kompetensi dan tujuan pembelajaran yang dikembangkan
b.
Pengambilan
sampel prilaku yang akan diukur
c.
Pemilihan
jenis dan tipe alat evaluasi yang akan digunakan
d.
Aspek
yang akan diuji
e.
Format
butir saol
f.
Jumlah
butir soal
g.
Distribusi
tingkat kesukaran butir soal
Kemudian dalam menentukan bentuk alat evaluasi mana yang akan
digunakan, perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:
a.
Karakteristik
kompetensi dan mata pelajaran yang akan diujikan.
b.
Tujuan
khusus pembelajaran yang harus dicapai siswa.
c.
Tipe
informasi yang dibutuhkan dari tujuan evaluasi.
d.
Usia
dan tingkat perkembangan mental siswa yang akan mengikuti tes
e.
Besarnya
kelompok siswa yang akan mengikuti tes
-
Menentukan
tujuan evaluasi
Tujuan ini akan
menentukan jenis dan karakter dari alat evaluasi yang akan dikembangkan. Ada
empat kemungkinan tujuan dilakukannya kegiatan evaluasi, yaitu :
a.
Evaluasi
dengan tujuan untuk memperbaiki kerja atau proses pembelajaran
b.
Evaluasi
dengan tujuan untuk menentukan keberhasilan yang dicapai oleh siswa
c.
Evaluasi
dengan tujuan untuk mengidentifikasi kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam
mempelajari suatu pelajaran
-
Mengidentifikasi
kompetensi yang akan diukur
Kompetensi
merupakan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan
dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Seorang siswa dikatakan kompeten
apabila ia memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar untuk
melakukan suatu setelah melalui proses pembelajaran, yanng secara sistematis
dipola atau dikondisikan
-
Membuat
kisi-kisi
Penyusunan
kisi-kisi alat evaluasi ini dapat dilakukan bersama-sama diantara beberapa
orang guru mata pelajaran sejenis,atau beberapa orang guru dari berbagai
matapelajaran, khususnya untuk mengukur ketercapaian kompetensi lintas
matapelajaran dan kompetensi lulusan.
-
Menulis
alat evaluasi sesuai dengan kisi-kisi.
Sangat erat kaitannya dengan tujuan evaluasi tersebut. Hasil
penilain ini sangat berguna terutama sebagai bahan perbaikan program
pengajaran, melihat tingkat ketercapaian kurikulum.
BAB 3
PENUTUP
1.
Kriteria
Penggunaan Strategi Pembelajaran dan Metode PembelajaranProses belajar mengajar
yang baik harus memiliki dan memenuhi sejumlah kriteria, antara lain:
· Memiliki tingkat relvansi epistemologis yang tinggi.
· Memiliki tingkat relevansi psikologis.
· Memiliki tingkat relevansi sosiologis. Kriteria ini dilihat dari
segi kesempatan peserta didik menghayati nilai-nilai sosial.
·
Memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi secara optimal.
·
Memiliki
tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi.
2.
Media
Pembelajaran
Secara lebih
khusus, pengertian media dalam proses belaja mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
3.
Evaluasi
Pembelajaran
Evaluasi adalah
penilaiam secara terus menurus untuk mendapatkan informasi yang meliputi siswa,
guru, program pendidikan, dan proses belajar mengajar untuk mengetahui tingkat
perubahan siswa selama proses belajar mengajar serta keputusan tentang gambaran
siswa dan evektifitas program.
Sebaiknya guru dapat memilih strategi pembelajaran dan metode yang
tepat untuk menunjang proses belajar mengajar yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad,
Azhar. 2010. Media pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suyono dan Haryanto. 2015. Implementasi Belajar dan Pembelajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan Pebalajaran. 2012. Kurikulum
dan Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.